Mohon tunggu...
Stefani Ivana
Stefani Ivana Mohon Tunggu... Akuntan - Content Writer Enthusiast

A content writer enthusiast who loves sharing my experiences and thoughts through words. Currently I’m working as a senior financial staff in a multinational company with 4 years of work experience.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Poncokusumo, Sebuah Desa Agrowisata di Kabupaten Malang

3 Juni 2017   13:22 Diperbarui: 18 Juni 2017   14:03 4118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu hujan mengguyur desa Poncokusumo, tempat saya akan melewati 3 hari 2 malam bersama warga setempat. Yaa, saat itu saya sedang mengikuti kegiatan live in yang diadakan oleh kampus. Kami disambut dengan hangat oleh para perangkat desa, kemudian menuju rumah masing-masing sesuai dengan pembagian. Hari pertama saya lalui dengan berbincang-bincang dengan ibu pemilik rumah dan beristirahat. 

Petualangan saya dimulai pada hari kedua. Pagi hari, kami diajak membantu sebuah UMKM Keripik. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah mengambil singkong di kebun. Jalan menuju kebun tersebut melewati sebuah tempat wisata "Ledok Ombo". Wisata "Ledok Ombo" adalah sebuah tempat outbond di Desa Poncokusumo. Selain tempat outbond, "Ledok Ombo juga bisa digunakan untuk downhill. 

Biaya yang dikenakan untuk melakukan outbond di sini adalah Rp. 55.000,- per orang, dengan minimal membawa rombongan 50 orang. Namun jika rombongan yang dibawa tidak sampai 50 orang, total biaya yang harus dibayarkan adalah Rp. 2.750.000,- dibagi sesuai dengan jumlah orang yang ikut.

Setelah melewati "Ledok Ombo", perjalanan kami menuju kebun masih panjang, melalui jalan yang berliku dan juga berbatu. Selain itu, kami juga harus melewati sungai sehingga sepeda motor yang kami bawa harus diparkir di dekat sungai. Setelah sampai di kebun, kami mulai memanen singkong. Singkong yang baik untuk dipanen adalah singkong yang berusia sekitar 8 bulan. 

Cara memanen singkong di desa ini sudah menggunakan prinsip pengungkit, dengan menggunakan bambu dan tali. Pertama-tama, tali diikat pada batang singkong yang akan dipanen dengan menggunakan salah satu simpul pramuka, kemudian bambu dimasukkan ke dalam salah satu lubang tali tersebut. Lalu bambu tersebut diangkat dan voila, singkong keluar dari tanah dengan mudahnya.

Cara Memanen Singkong
Cara Memanen Singkong
Kamipun bergantian mencoba memanen singkong. Setelah mendapatkan 1 sak singkong, akhirnya kami kembali ke tempat parkir motor dan berangkat menuju UMKM Keripik. Pada UMKM ini, tidak hanya keripik singkong yang diproduksi, namun juga keripik talas dan keripik pisang. Keripik talas dan pisang diproduksi setiap hari karena penyimpanannya yang mudah, sedangkan keripik singkong diproduksi apabila ada pesanan. 

Sesampainya di tempat UMKM, kami membantu mengupas singkong, kemudian memotong singkong menjadi lembaran keripik. Alat yang digunakan masih berupa alat manual yang membutuhkan tenaga manusia. 

Proses Memotong Singkong
Proses Memotong Singkong
Singkong yang sudah dipotong berbentuk lembaran harus direndam dalam air agar pori-porinya tetap terbuka. Hal ini bertujuan agar keripik tidak berminyak setelah digoreng. Setelah proses pemotongan selesai, langkah selanjutnya adalah menggoreng keripik singkong dan memberikan bumbu pada keripik singkong.

Selanjutnya kami diajak mengunjungi UMKM Sari Apel Poncokusumo. Kebetulan UMKM tersebut sedang melakukan produksi, dan kami diajak untuk mengintip proses produksinya. Pertama-tama apel dibelah, kemudian direbus hingga matang. Hasil rebusan apel kemudian disaring dan dikemas ke dalam gelas kecil-kecil. Proses pengemasan dilakukan ketika sari apel masih panas. Hal ini bertujuan agar bakteri tidak masuk dan berkembang biak dalam sari apel. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan mesin sealer.

Pembuatan Sari Apel
Pembuatan Sari Apel
Keesokan harinya, kami diajak oleh Ibu Eli, pemilik rumah yang kami tinggali, untuk mengemas dodol yang diproduksinya. Dodol yang telah matang pertama-tama dibagi menjadi tiga bagian dan diberi pewarna agar pembeli merasa tertarik. Warna yang dipilih oleh Ibu Eli adalah warna merah dan hijau. Kemudian, ketiga adonan dodol itu diratakan secara berselang-seling dan dipotong. Setelah itu dodol diplintir agar warnanya tercampur dan bentuknya dirapikan dengan menggosok-gosokkan adonan dengan kedua tangan di dalam plastik. Selanjutnya dodol dipotong sesuai dengan ukuran dan dimasukkan ke dalam plastik.

Dodol Tape
Dodol Tape
Kemudian kami diajak melihat salah satu tempat wisata yang ada di Desa Poncokusumo, yaitu River Tubing "Sedaer". Tempatnya sangat asri karena terdapat banyak pohon dan juga sawah. Namun kami hanya sebentar di sana karena keterbatasan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun