Mohon tunggu...
Stefanie
Stefanie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ada

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jawasentrisme: Kurangnya Representasi Keberagaman yang Baik pada Media di Indonesia?

28 April 2022   12:00 Diperbarui: 28 April 2022   12:01 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

(Stefanie - Universitas Airlangga)

Dikeluarkannya logo halal baru Indonesia menuai banyak perdebatan di masyarakat. Salah satu perdebatan hangat yang timbul adalah adanya tuduhan bahwa logo halal tersebut bersifat Jawa sentris karena menggunakan unsur gunungan wayang dan batik lurik yang merupakan budaya khas Jawa. Kementerian Agama memang sudah membantah tuduhan tersebut karena baik wayang maupun batik keduanya sudah diakui sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO (Komara, 2022). Namun, masalah Jawa sentris yang diangkat di sini mungkin ada benarnya juga, terlebih dalam masalah representasi di media.


Menurut riset data dari Nugroho et al. (2013), program televisi di Indonesia sebanyak 69,6% masih terfokus kepada Pulau Jawa terutama Kota Jakarta dalam konteks geografis, 96,75% pada agama Islam dalam konteks agama, dan 42,8% pada etnis Jawa dalam konteks suku bangsa. Data tersebut menunjukkan bahwa media massa terutama siaran layar kaca di Indonesia masih cenderung terpusat kepada kelompok mayoritas di Indonesia.  Padahal, Indonesia adalah sebuah negara multikultural yang artinya memiliki beragam suku bangsa, agama, dan juga budaya. Dari segi geografis pula, Indonesia memiliki wilayah yang luas dengan berbagai macam daerah. Namun, hal tersebut tidak tercermin dalam tayangan televisi yang ad


Kurangnya representasi di media massa ini menandakan terpinggirnya ras dan budaya lain (Laksono, 2017). Kurangnya representasi ini merupakan bentuk diskriminasi secara tidak langsung yang masih banyak terjadi hingga saat ini. Daerah dan etnis lain cenderung diabaikan dalam konten media di Indonesia. Saya memiliki pengalaman sendiri terkait hal ini karena saya adalah orang Kalimantan Barat yang bertanya-tanya dari dulu mengapa daerah saya jarang sekali dimunculkan dalam televisi Indonesia? Bahkan ketika saya berkata bahwa saya berasal dari Kabupaten Sambas, orang-orang tidak pernah mendengar nama itu karena memang sangat jarang disebut dalam media.


Bisa kita lihat bahwa siaran berita di televisi tidak jauh-jauh dari siaran berita peristiwa di Jawa terutama kota Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan data dari 17.282 item berita yang diteliti oleh Souisa (2020), DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah menjadi daerah yang paling dominan untuk diliput. Lebih lanjut lagi, hal ini sangat berkaitan dengan konglomerasi media dimana kepemilikan media terpusat pada beberapa perusahaan saja dan perusahaan-perusahaan tersebut terpusat di wilayah Jaw


Oleh sebab itu, apa yang terjadi di Jawa seringkali menjadi suatu hal yang 'nasional' dan apa yang terjadi di luar pulau Jawa kadang luput dari sorotan media. Kurangnya liputan terhadap wilayah luar Jawa dan Jakarta menyebabkan adanya ketimpangan informasi (Fernando, 2021). Ketimpangan informasi ini dapat menjadi suatu masalah karena masyarakat dari daerah tersebut akan sulit mendapatkan berita dan informasi tentang daerahnya dari siaran televis


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun