Istilah "Sandwich Generation" pertama kali saya dengar tahun silam, saat teman saya mengeluh mengenai berbagai tuntutan dan 'tagihan' yang harus ia penuhi meski masih masa muda. Kemudian ia berucap: "Gini ya rasanya jadi Sandwich generation".Â
Apa itu Sandwich Generation?Â
Sandwich generation adalah istilah yang merujuk kepada generasi yang tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri (anak dan pasangan jika sudah menikah) melainkan juga ikut menanggung beban generasi di atasnya (kakek, nenek, ayah, dan ibu) atau generasi di bawahnya (adik, anak).Â
Istilah Sandwich Generation ditemukan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody, di tahun 1981 dalam jurnalnya yang ber judul 'The 'sandwich' generation: adult children of the aging'.
Singkatnya, ciri-ciri Sandwich Generation dapat saya rangkum sebagai berikut:
Dalam waktu bersamaan  mencukupi kebutuhan tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga orang lain.Â
Seseorang terjebak di situasi Sandwich Generation salah satu faktornya dikarenakan orang tua yang tidak siap secara finansial.
Kurangnya edukasi dan pengetahuan mengenai cara mengatur keuangan. Misalnya, jika orang tua memberikan uang saku terus menerus kepada anaknya tanpa memberikan edukasi cara mengatur keuangan, maka bisa berimbas tidak stabil dan berakhir money oriented.
Terlibat dalam hutang-piutang. Tidak jarang Sandwich Generation harus terlibat dengan berbagai kebutuhan tagihan sehingga penghasilan yang dimiliki harus dialokasikan untuk membayar dan melunasi hutang.
Baca juga:Â Sandwich Generation di Indonesia, Sebuah Renungan oleh Romi Setiawan
Seperti yang pernah disampaikan oleh Riza Adrian (25) narasumber yang diwawancarai Kompas dalam artikel "Terjebak dalam Sandwich Generation, dari Mana Akar Masalahnya?"