Mohon tunggu...
Stefani_006
Stefani_006 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Punya Banyak Sosmed, Biar Dikata Gaul

12 Oktober 2015   08:57 Diperbarui: 12 Oktober 2015   09:03 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah mendengar ungkapan diatas? Atau bahkan pernah mengalaminya sendiri? Ya begitulah cara pandang anak muda jaman sekarang sesuai dengan kenyataan yang ada. Anak muda bahkan tak jarang orang dewasa pun cenderung memiliki lebih dari satu sosial media di gadget yang mereka miliki. Terkhusus anak muda, hampir semua sosial media yang sedang tren, mereka mempunyai akunnya, contohnya instagram, 17, path, twitter, facebook, dan masih banyak lagi yang lain. Sesungguhnya apa yang menjadi alasan mereka untuk memiliki banyak sosmed?, “biar dikata gaul”, begitu kira-kira jawaban dari beberapa rekan yang pernah saya tanyakan hal serupa. Awalnya mungkin hanya memiliki salah satu atau dua, namun karena ‘tuntutan gaul’ , mereka hampir memiliki akun di beberapa sosmed.

Pengalaman serupa pernah terjadi pada diri saya sendiri, sedikit cerita saja awalnya saya tidak mempunyai akun path dan twitter karena menurut saya akun line, blackberry messenger (bbm) dan instagram sudah cukup, namun karena desakan teman akhirnya saya mendownload dua akun tersebut dan lama-kelamaan menjadi sebuah keharusan untuk mengikuti setiap update yang ada di akun tersebut. Bahkan hingga saat ini bisa dikatakan sebagai pengguna aktif dari semua sosmed yang ada di gadget. Meski awalnya hanya karena tuntutan atau desakan, namun pada akhirnya toh kebanyakan anak muda terhanyut dalam setiap akun yang dimilikinya. Bahkan menjadi sebuah ketergantungan untuk tetap update di setiap akunnya.

Seperti yang dijelaskan dalam uses and gratification theory, khalayak dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab akan pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun perlu diketahui juga, kebutuhan manusia berbeda-beda, tergantung pengalaman, latar belakang dan lingkungannya. Perbedaan inilah yang mempengaruhi pula pemilihan konsumsi medianya. Salah satu asumsi dasar dari teori ini adalah media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan sesungguhnya tidak ada media yang benar-benar lengkap memenuhi setiap kebutuhan khalayak.

Itulah yang menjadikan khalayak memiliki beberapa sosmed untuk memenuhi kebutuhannya, misal untuk kebutuhan update foto maka memerlukan instagram, tapi instagram tidak menyediakan layanan chat personal, maka dibutuhkan pula line/bbm untuk memenuhi kebutuhan chat secara personal, dan begitu pula seterusnya sehingga khalayak memiliki berbagai aplikasi sosial media.

Dengan adanya berbagai aplikasi sosial media di genggaman tangan, tak menutup kemungkinan seseorang akan mengalami ketergantungan pada setiap sosmed yang dimilikinya. Teori ketergantungan media (media dependency theory) menurut Melvin Defluer dan Sandra Ball Roceach, menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu. Seperti contoh, saat seseorang membutuhkan aplikasi yang bisa memenuhi kebutuhannya untuk chat dan mengupload foto maka ia akan mendownload aplikasi Line, dan semakin hari bisa dipastikan orang itu akan semakin bergantung pada penggunaan Line karena media itu menjadi semakin penting baginya.

Pemenuhan berbagai kebutuhan akan sosial media menjadi salah satu alasan khalayak memiliki bermacam-macam aplikasi sosial media. Selain itu, tuntutan menjadi anak gaul pun menjadi alasan lain untuk tetap update di semua aplikasi sosmed yang dimiliki. Akhir kata, gaul itu boleh, asal jangan sampai menjadi candu akan sosial media. :)

 

Sumber :

ilhamkusumah.blogspot.co.id/2011/06/teori-ketergantungan-media-dependency.html?m=1#

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun