Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mengapa 84% Transformasi Digital Disebut Gagal?

1 Agustus 2022   08:04 Diperbarui: 1 Agustus 2022   08:29 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca besarnya kegagalan transformasi digital yang diungkap Forbes di tahun 2016, dan ternyata hingga sekarang, angka ini masih besar. 

Jujur, mungkin saja angkanya berkurang di 70%, bila diadakan kembali survei yang sama. Tapi terlepas dari itu, mengapa angka ini masih begitu tinggi? Banyak konsultan global mengatakan hal yang sama, diatas 50% terjadi kegagalan transformasi digital.

Secara sederhana, transformasi digital adalah adopsi dan penggunaan teknologi digital perusahaan atau instansi.

Mari kita telaah apa saja kemungkinan penyebabnya.

1. Kegagalan strategi transformasi. 

Seringkali perusahaan, instansi tidak melihat secara baik apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Mereka tidak mendefinisikan strategi yang tepat. Dan strategi ini membutuhkan perencanaan (plan). 

Tidak bisa jadi hanya dalam waktu semalam, sebulan, bahkan setahun. Maka kita ada baiknya melihat kembali apa yang dikatakan Harvard Business Review, tentang 5 tahapan perusahaan.

Sekarang perusahaan/instansi kita ada di stage mana? Strategi dan rencana transformasi digitalnya akan menyesuaikan. Bila jumlah karyawan kurang dari 10, mungkin di kita adalah UMKM, maka strategi transformasi digitalnya lebih kepada penggunaan komputer untuk mendukung usaha menggunakan XLS, POS atau akunting. Demikian seterusnya. Semakin besar kapasitas perusahaan/instansi, maka akan semakin kompleks. 

2. Kurang lincah (agile)

Selanjutnya adalah kelincahan, terutama kemampuan para pemimpin dan pemilik untuk berpikir dengan cepat dan mengikuti perkembangan jaman. Saya masih ingat, launching POS system bersama salah satu anggota kami, IREAPPOS tahun 2016. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun