Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bos Terbaik Bantu Masa Depan Cerah

22 Juli 2021   08:04 Diperbarui: 22 Juli 2021   08:22 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Saya memulai karir dari sales, itu kalimat yang sering saya ucapkan. Karena memang benar. Semasa sekolah STM, saya berjualan perangkat karaoke + amplifier, sambil jualan MLM kala itu. Tidak berhasil jualan MLM, nekat ambil pekerjaan jadi sales tinta printer Epson di saat mulai kuliah. Kondisi ekonomi membuat saya harus bekerja sambil kuliah. Jalan-jalan Jakarta menjadi santapan harian, mengunjungi tempat dan toko komputer.

Ternyata, Tuhan tentukan lain, diterima kerja di Bank, karena saya memegang beberapa sertifikat keahlian komputer, dan tentu lulus tes di bank tersebut. Mulailah masuk ke dunia kerja formal. Bertemu dengan atasan yang diam, tidak banyak bicara, tapi pintar luar biasa. Baru beberapa bulan bekerja, berganti atasan. Atasan ini mungkin peduli dengan anak buahnya, tapi akalnya seribu. Selalu cari cara aman. Saya belajar beberapa karakter atasan mulai dari sini. 

Melihat enaknya kerja dan ilmu di bidang jaringan komputer, saya menawarkan diri untuk pindah bagian. Ditolak bos saya ini, katanya belajar saja dulu di bidang sekarang. Padahal saya sudah lihat, ada orang yang lebih lama dari saya, masih di bagian itu sudah bertahun-tahun, tidak ada karir disana. 

Akhirnya dengan berat hati, saya terpaksa mencari lowongan. Dan diterima di bank lain, tapi dengan posisi yang sama, hanya saja karir masih terbuka. Pindah akhirnya, hanya dengan beda 50.000 dari sisi gaji, tapi ada harapan lain. Dan saya bertemu bos baik hati lagi, yang sabar mengajari banyak hal. Dan akhirnya bisa juga, pindah ke jaringan komputer. Hingga menjadi kepala dari tim kecil, waktu itu namanya kepala seksi. 

Tetap tidak puas, selalu mencari yang terbaik, mungkin sudah tipikal dari saya waktu itu. Pindah lagi ke bank lain, bersamaan dengan goyangnya kondisi ekonomi pasca 1997. Pindah ke bank besar, yang sangat berbeda. Tidak ada persaingan ketat, bos yang baik dan bersahabat, lingkungan yang kekeluargaan. Kerasan juga rasanya bekerja di bank besar ini. Bos terbaik mungkin saya temukan di saat bekerja disini. Seolah tidak ada jarak, bisa makan mie, makan siang, merokok dan bepergian bersama. 

Saya kerja jadi total, all out. Pada saat kita menemukan bos terbaik, saya merasakan harus memberikan yang terbaik juga. Potensi maksimal dan daya terbaik saya berikan. Tapi tetap, something wrong. Bekerja itu kadang membosankan, ritme nya stabil. 

Saya mulai berpikir untuk keluar dari lingkungan itu, zona nyaman yang membuat saya hanya duduk, baca koran, makan donat, minum kopi dan meeting bergantian seharian. Tidak ada lagi tantangan berarti. 

Saya mulai hunting. Dan akhirnya masuk ke perusahaan outsourcing ini. Bos sangat berbeda, cenderung membenci pada awalnya. Tapi karena saya sudah belajar dari banyak bos terbaik sebelumnya. Saya tahu bagaimana harus memulai. Atasan langsung sangat mendukung, dalam waktu singkat menjadi kawan dekat. Hingga big bos akhirnya luluh, dan saya diajak kemana-mana, bahkan untuk urusan yang sangat rahasia. Singkat cerita, saya pun belajar dan merasa menemukan bos terbaik di lingkungan ini. 

Lalu kemudian saya diajak mulai serius berusaha sendiri. Mungkin karena dilihat sangat pandai mengolah dari sisi marketing, business development. Akhirnya saya kembali lagi ke bidang awal, sales dan marketing. Mulai dengan usaha bersama ini, kami mencari customer baru dan mengembangkan diri. Dan yang menarik, saya harus belajar jadi bos terbaik bagi tim.

Beberapa tahun kemudian, akhirnya saya benar-benar keluar dan buka usaha sendiri. Dan pelajaran berharga dari para bos terbaik membentuk saya banyak hal hingga sekarang. Dan ini lah yang membuat saya ada hingga saat ini. Saya bukan manusia sempurna, dan juga bos-bos saya sebelumnya sama juga. Tapi ada hal baik yang bisa saya ambil dan menguatkan, membentuk saya hingga sekarang. Dan saya bersyukur, bos-bos terbaik itu tetap ada dan sehat sampai sekarang.

Lalu apa selanjutnya, saya harus jadi bos terbaik bagi tim saya. Dan itu yang sedang saya lakukan. Agar mungkin, 5, 10 atau 20 tahun lagi , ada mantan tim saya yang berkata "dia bos terbaik saya"..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun