Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tujuh Belasan Bukan Cuma Balap Karung

19 Agustus 2019   22:20 Diperbarui: 19 Agustus 2019   22:40 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://news.lewatmana.com/ipenk_jhon

Tanpa disadari, gelaran tujuh belasan ternyata lebih banyak porsi hiburannya daripada makna. Berbagai pentas hiburan bernuansa seni, plus pawai atau arak-arakan, telah menyatukan semangat kebersamaan dalam keberagaman.

Namun, berbagai umbul-umbul dan bendera, masih dimaknai sebagai penanda bahwa Indonesia nyata-nyata telah merdeka dan diperingati.

Tak dapat dipungkiri bahwa tekanan hidup di masa kini sangatlah berat, hingga perlu hiburan pelepas lelah. Antusias dan partisipasi masyarakat menjadi bukti keikutsertaan, secara sadar meluangkan waktu dan biaya meluapkan syukur dan kegembiraan atas kemerdekaan yang telah diraih pendahulu, para pejuang bangsa.

Tumpah-ruah di arena lapangan, berbagai hiburan panggung seni tari dan suara, dan aneka balapan penghibur seperti balap karung, kerupuk dan panjat pinang telah memampukan kesepahaman dalam kebhinekaan.

Musik pengiring pun bersemangat melantunkan lagu-lagu masa kini yang hingar-bingar memberi kebahagian hati dalam suasana bertanding. Tak ketinggalan, penyanyi berirama dangdut, pop dan daerah, bergantian melantunkan irama dan mengajak penonton berjoged mengungkap syukur kemerdekaan.

Satu hal yang terabaikan, di beberapa panggung dan lomba-lomba, berdasarkan pengamatan selintas dan kecenderungannya, masih terabaikan beberapa unsur budaya lokal yang mempererat persatuan.

Sumber : http://news.lewatmana.com/ipenk_jhon
Sumber : http://news.lewatmana.com/ipenk_jhon
Sumber : Kompas.com/Panoramio.com
Sumber : Kompas.com/Panoramio.com
Sumber : http://news.lewatmana.com/ipenk_jhon
Sumber : http://news.lewatmana.com/ipenk_jhon
Ingat tempo dulu, ketika benda ajaib seperti organ tunggal, yang mampu mengiringi berbagai macam jenis musik, belum terlahir.

Ketika itu, unsur-unsur seni kedaerahan menjadi unggulan acara panggung tujuh belasan. Kecintaan terhadap seni daerah semakin kuat dengan berbagai jenis gerak dan lagu. Bukan lagu sembarang lagu, karena lebih banyak diperdengarkan lagu-lagu klasik daerah dan perjuangan, seperti tujuh belas agustus empat lima, maju tak gentar, selendang sutera dan lain-lainnya.

Berbagai kabaret suasana pengorbanan para pejuang merebut kemerdekaan hingga harus kehilangan jiwa, rutin tampil di masa lalu. Berbeda pastinya dengan masa kini, yang lebih banyak hiburannya tanpa mengenang peristiwa kehebatan daya juang para pahlawan bangsa.

Dimungkinkan, bila peringatan tujuh belasan ditampilkan tanpa nuansa sejarah, akan berakibat menjadikannya sekadar acara rutin semata tanpa makna kemerdekaan yang sesungguhnya.

Merugikan memang, selayaknya para senior dan orangtua harus memberi arah dan bimbingan, agar perayaan tujuh belasan tidak gagal fokus menanamkan nilai-nilai sejarah yang menjadi perekat dan pemersatu bangsa bagi kehebatan Indonesia unggul.

Bandung, 19 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun