Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Unyu-unyunya Kawan Menghibur Makan Siang

4 Juli 2019   22:02 Diperbarui: 4 Juli 2019   22:06 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.crownperth.com.au

Bahagianya menjadi karyawan, yang salah satunya adalah saat makan siang, selain gaji bulanan. Janganlah ada intervensi masalah pekerjaan, bila mungkin. Lepaskan lelah dengan canda ceria, meski celotehnya terkadang tak tuntas karena durasi waktu yang dibatasi.

Ritualnya diawali cuci tangan, antri dan mengambil makanan, buah-buahan, dan minuman. Meski telah dijalani berpuluh-puluh tahun, tetap saja dilakukan, karena tuntutan perut yang tak mau diabaikan. Tinggal masalahnya, bila tak suka menu akibatnya tak selera.

Beruntung, bila tak mau dibilang rugi. Kawan-kawan yang bersamaan makan, bagai gayung bersambut. Sebagian dari kawan-kawan, ternyata lucu dan unyu-unyu akibat tak tersalurkan tingkahnya saat bekerja.

Bahkan, mimik wajahnya datar, ketika menghembuskan pancingan humor yang membuat kawan-kawannya terbahak-bahak berurai air mata.

Semisal, ketika menyantap buah jeruk yang kecil dan keriput, wajahnya tampak senyum terpaksa, menahan derita hebat tanpa ekspresi. Sedangkan kawan lainnya, terengah-engah, mata terpejam menahan asamnya jeruk. Keduanya, dipastikan asam banget karena berasal dari kumpulan jeruk yang sama.

Rahasianya, ternyata tak jauh-jauh, jeruk dipaksakan seolah rasa manis karena di depannya ternyata kawan wanita cantik yang manis.

Sambil berkata, "Tergantung siapa di depan, jeruk saya terasa manis karena dia tuch ... yang manis!" Hampir tak kuat menahan senyum, sepotong jeruknya terlepas dari genggaman lidahnya.

Begitulah keceriaan dibangun, aktual, tajam dan menyenangkan, melupakan sedikit kelemahan rasa makan siang yang kurang selera.

Sumber : Sumber : https://www.thebalancecareers.com
Sumber : Sumber : https://www.thebalancecareers.com
Tak hanya itu, usai makan siang, kawan lain melanjutkan minum kopi. Dua minggu berlalu, kopinya berbeda menu, lidahnya sibuk bergejolak mencecap dan menyeruput asupan kopi panas yang tak disukainya.

"Begitulah kehidupan, kopi ini pahit tanpa gula. Saya ingin belajar memahami pahitnya kehidupan. Biar lebih peduli terhadap penderitaan orang lain," katanya kepada kawan-kawan semeja dengan wajah polos.

Senyum getir ungkapan kopi pahit, meski tersungging, humornya mampu menyingkap gejolak tawa kecil yang tergagap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun