Mohon tunggu...
Irul
Irul Mohon Tunggu... Guru - xxxxx

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bakarlah Benderamu!

12 November 2018   22:19 Diperbarui: 12 November 2018   22:32 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kurang ajar!", umpatku, ketika membaca berita pembakaran bendera tauhid di Garut tempo hari. Sebagai seorang muslim tentu saya sangat tersinggung dengan kejadian itu. "Setan!", teriakku tak terkontrol.

Mendadak Setan muncul di hadapanku. Wajahnya penuh kemarahan. "Bakarlah benderamu!" katanya tiba-tiba. Belum hilang terkejutku, dia berteriak lagi dengan nada yang lebih tegas "Bakarlah benderamu!. Bakar! Bakarlah kalau memang selama ini ia cuma menjadi simbol usang biasa".

Jelas aku meradang mendengar ucapannya. Napasku turun naik. "Terkutuklah kau!, penghina kalimat tauhid!", makiku sekenanya.

"Kalimat tauhid?, memangnya kamu mengerti maknanya?, memangnya selama ini kamu sudah mengamalkannya?", tanya Setan masih dengan nada tegas.

Aku tersentak, bingung mau menjawab apa. Sementara Setan tak henti-henti berteriak "Bakar! Bakarlah benderamu!"

Setan tersenyum melihat kegugupanku. Ia menyeringai dan menatapku sinis. "Jadi, kenapa kau mesti marah saat ada orang membakar kalimat tauhid?. Mengapa kau mesti marah sedangkan kau sendiri tak memperdulikannya. Jadi, mengapa kau mesti mengutuk mereka yang merendahkan kalimat tauhid sementara kau sendiri melakukannya secara diam-diam?"

Aku terpaku, tak tahu mau bicara apa. "Jika orang yang membakar bendera tauhid itu mengatakan bahwa bendera itu adalah simbol permusuhan, bukankah mereka hanya menilainya dari perilaku yang engkau tunjukkan?.Bukankah itu karena engkau tak sanggup menunjukkan keagungan dan keindahan bendera tauhidmu? Karena engkau telah mengabaikan kalimat tauhidmu?. Kau harus menjelaskannya!", lanjut Setan.

"Jangankan mengamalkan keindahan dan keagungan kalimat tauhid, mengertipun pun kau tidak!. Jangankan menegakkan tauhid, menaklukkan dirimu sendiri pun kau tak sanggup!. Kalimat tauhid tak pernah menyebarkan permusuhan dan kebencian. Kalimat tauhid tak pernah mengajarkan hal-hal yang buruk, lalu kenapa kau terus-menerus melakukannya? Kalimat tauhid selalu membimbingmu kearah kebaikan, mengapa kau tak pernah mau mengikutinya?.

 "Lalu kenapa kau harus marah ketika bendera tauhidmu dibakar? Mengapa kau tak memarahi dirimu sendiri saat kau menyia-nyiakan kalimat tauhidmu? Ini bukan semata-mata soal orang yang membakar bendera tauhid. Ini bukan semata-mata soal pelecehan terhadap agamamu. Ini bukan semata-mata soal permulaan dari sebuah peperangan untuk membela agama. Ini semua tentang kau yang selama ini menyia-nyiakan kalimat tauhid. 

Tentang kau yang secara laten dan sistematis menyiapkan api  dari perilakumu untuk menunggu bendera tauhidmu dibakar waktu yang meminjam tangan orang-orang yang membencimu!. Mereka tak akan berani membakar bendera tauhid, simbol sucimu itu, kalau saja selama ini kau sanggup menunjukkan nilai-nilai agung yang dibawa oleh kalimat tauhid. Nilai-nilai kebaikan yang termaktub dalam kalimat tauhid yang difirmankan Tuhanmu!. Maka bila kau tak sanggup menggemakan kalimat tauhid ke segala penjuru, tak sanggup menerima cahayaNya dengan hatimu, bakarlah benderamu! "

Aku terdiam,."Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Bacalah!" tiba-tiba suara Setan bergema lagi, "Biarkan mereka membakar bendera itu. Kalimat tauhid bukanlah kain yang bisa mereka bakar. Bacalah kalimat tauhid hingga suaranya terdengar oleh hatimu, bergema di seluruh ruang kesadaranmu, maka kau tak akan kecewa mendapati bendera itu terbakar atau teronggok di ruang-ruang berdebu. Sebab kalimat tauhid bukanlah symbol. Kalimat tauhid adalah semesta, makna melampaui kata!. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun