Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kopi Amungme Papua, Kopi "Termahal" di Dunia Binaan PT Freeport Indonesia

2 Oktober 2015   11:13 Diperbarui: 2 Oktober 2015   13:21 5243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan sekali, saya termasuk yang beruntung untuk bisa mengunjungi langsung sentra produksi dan pengolahan kopi ini. Pada awal Mei 2015, di tempat yang dinamakan Highland Agriculture Development - Unit Coffee Processing , saya berkesempatan bertemu dengan pak Hery Aibekob.

Pace Papua yang satu ini sangat dikenal oleh warga suku Amungme, khususnya warga Desa Metember, Opitawak, Aroanop dan sekitarnya yang menjadi pusat pengembangan usaha perkebunan kopi Amungme di daerah ini.

Tidak mengherankan, memang semenjak awal tahun 2012—Hery telah memulai mendatangi dan mensosialisasi kan program Petani Mandiri, khususnya pada tanaman kopi yang berkerjasama dengan salah satu departemen di PT Freeport Indonesia.

Hal ini ternyata merupakan pengembangan dari inisatif warga yang pada tahun 2009 mulai menanam kopi dengan bibit mengambil dari lahan petani yang sudah ada di Emtawarki-Tsinga.

Dari inisiatif inilah, akhirnya pak Hery dan perusahaan tempatnya berkerja melakukan usaha dan program pendampingan untuk petani mandiri ini. Sedikitnya tiap desa terdapat 35 petani mandiri dengan luas lahan 10 hektar/petani yang ditanami pohon kopi. Hasil panen petani inilah yang akhirnya diproses dan didistribusikan oleh tim pak Hery.

Dari kisahnya tersebut, dengan sedikit bencanda saya mengatakan bahwa kopi Amungme adalah kopi “termahal” di dunia. Bukan termahal pada harga produk jadi kopi “Amungme Gold” yang perbungkusnya seberat 250 gram tersebut. Harganya sih masih kalah dengan kopi Luwak asli. Tetapi termahal dibiaya menjemput kopinya.

Disaat daerah lain di Indonesia atau belahan dunia yang lain, panen kopi diantar dengan truk, mobil, gerobak atau motor—maka hanya kopi Amungme-lah yang transport antar jemput panen kopinya menggunakan helikopter. Hahaha…

Usai mendapatkan informasi asal muasal biji kopinya, saya diajak untuk melihat bagaimana proses roasting dan pengepakannya. Dalam ruangan kerja pak Hery, saya melihat sudah terdapat beberapa mesin roaster semi otomatis. Agak terkejut, selain mesin roaster buatan luar negeri, disana ternyata terdapat mesin roaster lokal buatan Bandung. Ya, Bandung!

Itu pun mempunyai hasil olahan dengan kualitas yang sama. Hanya saja, memang harga mesin roaster lokal jauh lebih murah. Wah wah wah…!

Setelah puas dengan melihat tempat memasak kopi ini, akhirnya sampilah pada waktu yang saya tunggu-tunggu. Yaitu: coffee tasting atau dalam bahasa kita adalah “icip-icip kopi”.

Tidak menyesal kiranya, beberapa saat sebelumnya pernah mengikuti pelatihan coffee tasting dari Doddy Samura--salah satu barista Indonesia yang sudah berkelas dunia. Jadi saya tidak terlalu malu ketika diberi jebakan ujian coffee tasting dari pak Hery. Beliau menyediakan gula dalam pengetesannya. Alhamdulillah, saya sukses menyingkirkan gula dan diakui keabsahannya sebagai sesama pecinta berat kopi sejati. Hahaha…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun