Mohon tunggu...
SRIYATI SRIYATI
SRIYATI SRIYATI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hobby membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching

28 Maret 2023   05:04 Diperbarui: 28 Maret 2023   05:15 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi -- Modul 2.3

COACHING

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun'
tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan
murid. Sebagai pendidik, kita tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki
kodratnya masing-masing. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan
belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam
prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.

Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiri apresiatif diharapkan Guru mampu menjalankan peran-perannya. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko-kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah.

Pendekatan coaching sebagai salah satu pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.

Setelah mempelajari materi coaching saya menyadari perlunya menguasai paradigma berfikir coaching yaitu, fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat, mampu melihat peluang baru dan masa depan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain, mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional, tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching,
yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Setelah mencoba melakukan kolaborasi dengan rekan CGP tentang praktik coaching, saya merasakan menjadi coach harus mahir mengemukakan pertanyan-pertanyaan berbobot yang bisa memancing coachee untuk menguraikan benang kusut permasalahan yang dihadapinya. Coach juga harus presence saat coachee menjelaskan tujuan, agar tahu persis permasalahan coachee. Coach juga harus hati-hati agar tidak salah saat melakukan coaching, jangan sampai terpancing untuk membantu coachee sehingga prosesnya mengarah kepada mentoring atau konseling. Saya agak kesulitan untuk mengembangkan satu kompetensi, yaitu mengajukan pertanyaan berbobot. Saat praktik coaching dengan menggunakan alur TIRTA sudah mampu saya lakukan dengan baik, saya merasa sudah bisa menentukan tujuan, identifikasi masalah, rencana aksi, dan tanggung jawab untuk memberdayakan potensi coachee. Untuk kompetensi presence atau kehadiran penuh dan mendengarkan aktif sudah bisa saya lakukan dengan baik, karena saya berusaha untuk belajar menjadi pribadi yang terbuka dan menjalin kemitraan dengan baik. Saya juga mendengar dengan RASA, yaitu Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

            Bagaimana teknik mengajukan pertanyaan yang berbobot? Pertanyaan
yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat
menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan
sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong
coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Pertanyaan berbobot memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Hasil mendengarkan aktif: Menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan.
  • Membantu coachee: Membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya.
  • Bersifat terbuka dan eksploratif: Struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambal berpikir.
  • Diajukan di momen yang tepat: Tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu yang coachee sudah siap memprosesnya.

Alternatif menggunakan kiat-kiat yang dapat dicoba seperti yang dijelaskan di modul 2.3 bisa saya gunakan, yaitu dengan cara:

  • Merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari hasil mendengarkan aktif.
  • Menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka.
  • Menghindari penggunaan kata tanya "mengapa" - karena bisa terasa ada "judgement". Ganti kata "mengapa" dengan "apa sebabnya" atau "apa yang membuat".
  • Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong.
  • Mengizinkan ada "jeda" atau "keheningan" setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru bertanya. Juga izinkan ada keheningan saat coachee memproses pertanyaan.
  • Menggunakan nada suara yang positif dan memberdayakan.

Melalui modul 2.3 ini bisa menjadi langkah awal saya untuk mulai merubah mindset saat melakukan komunikasi dengan murid yang "bermasalah". Jika sebelumnya saya menggunakan pola mentoring atau konseling, saya akan merubah menjadi teknik coaching. Sesuai dengan kurikulum merdeka, yang menekankan pada merdeka belajar. Dalam ruang kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang
hayat. Saya akan berupaya melakukan diseminasi kepada rekan sejawat, agar teknik coaching ini bisa diterapkan oleh semua pendidik untuk murid atau sesama rekan sejawat.

Sebuah artikel tentang penelitian coaching, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh leaders coaching terhadap kinerja dan modal psikologis guru serta untuk menyelidiki efek mediasi modal psikologis pada populasi guru dari tujuh SMP Swasta di Tangerang. Penelitian ini mengadopsi metode simple random sampling dengan 59 sampel guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leaders coaching memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerjadan modal psikologis guru. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan antara leaders coaching dan kiner jaguru secara signifikan dimediasi oleh modal psikologis. Penelitian ini dapat membuka jalan untuk meningkatkan kesiapan guru dalam menghadapi era education 4.0. https://scholar.google.com/citations?user=0q0YddwAAAAJ&hl=id&oi=sra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun