Mohon tunggu...
Sriyanti Ladiku
Sriyanti Ladiku Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMK Negeri 3 Sigi

Pengampu mapel kejuruan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melestarikan Kuliner Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

1 April 2023   07:24 Diperbarui: 1 April 2023   07:32 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto-foto dok. pribadi

Peluncuran Kurikulum Merdeka menjadi bentuk paradigma baru dunia pendidikan Indonesia.  Hal ini diyakini akan membawa perubahan dalam perbaikan mutu pendidikan terkait dengan proses belajar mengajar.  Kurikulum yang diharapkan lebih memihak ke murid, lebih memerdekakan murid.  Tiga keunggulan kurikulum merdeka, yang pertama; kurikulum yang menitikberatkan pada materi yang esensial serta memberdayakan konteks.  Guru tak perlu tergesa-gesa menyelesaikan target materi, namun lebih memperhatikan proses kemajuan belajar murid dengan pembelajaran bermakna.  Keunggulan yang kedua yakni keleluasaan pihak sekolah untuk menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) dengan mengacu kepada tingkat kesiapan sekolah, keberagaman kemampuan dan tingkat kebutuhan murid yang menjadi dasar penyusunannya.  Hal ini sesuai dengan slogan merdeka belajar yang menyertai kurikulum merdeka.  Yang ketiga adalah adanya penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila atau yang dikenal dengan Projek P5.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah pembelajaran lintas mata pelajaran untuk mengamati dan menemukan solusi dari permasalahan di sekitarnya.  Projek P5 mengandung arti sebagai projek yang dapat memupuk pengembangan karakter dan kompetensi sehingga pelajar Indonesia menjadi pembelajar sepanjang hayat sesuai nilai-nilai Pancasila.  Pengembangan karakter yang dimaksud terdiri dari enam dimensi yakni beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif.  Penerapan dimensi profil pelajar Pancasila ini diharapkan bisa dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembentukan karakter murid yang dikenal sudah sejak lama melekat dalam setiap pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, namun dalam implementasi kurikulum merdeka, projek P5 merupakan suatu hal yang baru bagi satuan pendidikan.  Menariknya projek P5 dalam kurikulum merdeka menjadi program kokurikuler yang dirancang terpisah dari pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.  Sehingga pelajar Indonesia bukan hanya memiliki kompetensi di bidangnya namun berkarakter unggul demi menghadapi masa depannya.

Dalam pelaksanaannya, satuan pendidikan diberi keleluasaan untuk memilih beberapa tema yang diprogramkan.  SMK Negeri 3 Sigi sebagai penyelenggara kurikulum merdeka mandiri, memilih salah satu tema yakni tema kearifan lokal sebagai tema projek yang pertama.  Adapun topik yang diangkat adalah "Melestarikan kuliner khas Daerah Kaili".

Kegiatan projek P5 lalu diisi dengan rangkaian kegiatan; diawali dengan kegiatan memahami projek P5 dan menyiapkan ekosistem sekolah yang dilaksanakan oleh Koordinator P5 bersama rekan sejawat dan kepala sekolah melalui Komunitas Guru Belajar SMKN 3 Sigi.  Untuk selanjutnya pemahaman tentang projek P5 kemudian disosialisasikan ke peserta didik.

Langkah selanjutnya mendesain projek P5.  Dalam mendesain bentuk projek guru pembimbing P5 bersama murid mencoba merancang kegiatan dengan menggali pengetahuan awal murid tentang kuliner khas khususnya Suku Kaili yang merupakan suku paling dominan yang berdomisili di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.  Murid lalu mengungkapkan adanya sumber daya lokal yang jarang digunakan yakni daun kelapa muda yang hanya dipergunakan saat lebaran untuk membuat ketupat.  Dengan penemuan inilah maka murid kelas X lalu bersepakat membuat makanan khas Kaili yakni kalopa yang merupakan makanan khas yang mulai jarang ditemui dengan memanfaatkan daun kelapa muda yang banyak ditemui di sekitar.  Kalopa adalah beras ketan yang dibungkus sedemikian rupa dengan daun kelapa muda lalu dimasak dengan cara direbus.

Langkah selanjutnya adalah tahap pelaksanaan.  Murid kelas X dibagi dalam beberapa kelompok.  Murid terlihat antusias mempelajari cara membuat pembungkus kalopa.  Cara membungkus kalopa yang terbilang unik.  Beras yang telah dicuci lalu diletakkan dalam daun kelapa muda yang sebelumnya telah dipotong-potong berukuran kurang lebih 20 cm, kemudian ujung daun kelapa dipertemukan lalu diikat.  Karena daun kelapa terbuka pada bagian sisi, hal ini membutuhkan ketelitian dan kreatifitas untuk mengikatnya.  Mengingat anak-anak baru pertama kali membuat kalopa sehingga dibutuhkan kehati-hatian agar beras tidak tumpah.  Dan ini membuat anak-anak berupaya mengetahui cara mengikat yang benar.

Tak lupa tahap pendokumentasian oleh sebagian murid.  Pada tahap akhir murid mempresentasikan hasil makanan khas kalopa dalam kegiatan santap bersama seluruh kelas X dan tak lupa dengan mengundang dewan guru.

Langkah terakhir adalah pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut projek P5.  Sebagai bahan evaluasi guru memberikan keleluasaan kepada murid untuk menuangkan hasil produk dalam bentuk laporan, infografis digital, atau presentasi.  Sebagai refleksi murid merasa sangat antusias dan bersemangat dengan adanya projek P5.

Antusias murid bisa digali dari beberapa hal berdasarkan dimensi profil pelajar Pancasila yang diharapkan.  Mensyukuri nikmat Tuhan YME yang telah menganugerahkan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan oleh manusia, wujud dimensi pertama.  Berkebinekaan global tergambar melalui rasa saling menghormati tentang keberagaman di lingkungan sekolah.  Mandiri terlihat dari kesiapan murid yang antusias sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan projek, menggali informasi bersama gurunya, menyiapkan alat dan bahan, mempelajari cara membuat pembungkus kalopa sampai mengulik resep dari penjual yang ada di sekitar sekolah.  Selanjutnya dimensi gotong royong diwujudkan melalui kerja sama murid yang saling bahu membahu dalam menyelesaikan projek.  Kreatif terwujud dalam ide pembuatan kuliner.  Bernalar kritis bisa terlihat pada saat murid mencari ide, mengolah informasi, mendiskusikan sampai mempresentasikan hasil projek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun