Mohon tunggu...
SriW Bima
SriW Bima Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia biasa yang tak luput dari dosa

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Covid-19, Teori Konspirasi atau Nyata?

23 Januari 2021   08:02 Diperbarui: 23 Januari 2021   08:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Suatu kejadian luar biasa, sering dikaitkan dengan teori konspirasi. Beberapa negara dengan ambisi yang besar ingin menguasai dunia, pasti mempunyai banyak konspirasi yang berbentuk teori maupun tindakan.

Kejadian luar biasa yang sebabkan kuman dan virus, pernah juga melanda Amerika sejak zaman dulu. Bagaimana wabah bawaan kolonialis Eropa ini mampu menghancurkan penduduk asli Ameriaka, Inca dan Maya

 "Jauh lebih banyak penduduk asli Amerika yang tewas di pembaringan gara-gara kuman manusia daripada di medan pertempuran gara-gara bedil dan pedang Eropa. Kuman-kuman itu memperlemah pertahanan orang-orang Indian dengan membunuh sebagian besar orang Indian dan para pemimpin mereka, serta menciutkan nyali orang-orang yang tersisa," tulis Diamond dalam bukunya yang terkenal Bedil, Kuman, dan Baja: Rangkuman Riwayat Masyarakat Manusia (2018, hlm. 261-262). 

Di Amerika hampir tidak ada penyakit menular berbahaya dan ganas. Namun, Setelah Christoffa Corombo atau lebih dikenal Columbus menjejak Hispaniaola pada 1492 dan kedatangan orang Eropa ke dunia baru, yang membawa kuman penyakit ganas macam influenza, pes, sefilis, campak, malaria, tuberkolusis, hingga cacar, membuat penduduk Amerika ikut tertular. Penyakit ini menjadi momok yang mematikan bagi penduduk asli yang belum terpapar, karena mereka tidak memiliki kekebalan tubuh alami.

Belajar dari sejarah masa lampau, lucu saja bila kejadian luar bisa yang benar-benar nyata sedang terjadi, dikatakan hanya sebatas teori. Padahal bisa jadi teori itu telah berkembang menjadi sebuah realita yang harus kita terima yang benar-benar nyata. Kadang kita dibuat untuk tidak meneruskan pada berbagai hipotesa dengan membatasinya hanya sebatas teori. Hingga teori-teori yang kadung terangkat ke permukaan diserupakan dengan dongeng pengantar tidur.

Padahal bisa jadi hal itu sebagai bagian dari cara pengalihan isu, agar orang tidak mengaitkan kejadian luar biasa pada teori-teori skandal pemikiran, yang kini telah berkembang menjadi sesuatu yang real dan menjadi ancaman bagi kehidupan manusia. 

Contohnya, Covid-19. Ada yang mengatakan teori konspirasi tapi meniadakan penyakit itu sendiri, atau percaya adanya Covid-19, tapi meniadakan teori konspirasi di dalamnya. Bagi saya antara teori konspirasi dan penyakit itu saling terhubung satu dengan yang lain. Penyakit ini ada karena ada sebuah konspirasi yang diawali dengan teori. Begitupun dengan vaksin. Ada karena sebuah kebutuhan yang mendesak karena penyakit berbahaya, yang mengancam keberlangsungan kehidupan manusia. Dunia panik dan mereka yang berhasil membuat vaksinlah yang mampu bertahan, dan bisa jadi awal dari sebuah kekuasaan baru. Tapi karena kita umat muslim dibatasi untuk tidak bersu'udzon, hipotesa-hipotesa yang muncul pun menguap begitu saja. 

Kalau vaksin yang memang dibutuhkan saat ini benar-benar aman, silahkan saja. Karena itu sebuah bentuk ikhtiar. Tapi kenapa negara Islam tidak ada yang bisa segera membuar vaksin? Dan kenapa hanya negara-negara tertentu yang mampu membuatnya dalam waktu yang sangat cepat? Apalagi bila dirunut, awal kemunculan  penyakit ini ada pada sebuah kota di Wuhan yang ternyata punya 'Laboratorium Penelitian Patogen Paling Berbahaya di Dunia.'

Laman Nature, situs jurnal ilmiah yang bermarkas di London, New York, Berlin, Shanghai, dan Tokyo, ternyata pernah mengungkap kalau di Wuhan, kota yang pertama kali diserang virus corona misterius, terdapat laboratorium yang akan dijadikan pusat penelitian patogen paling berbahaya di dunia. Dalam artikel yang dirilis 23 Februari 2017 itu, rencana ini merupakan bagian dari pembangunan 5-7 laboratorium 'biosafety' (keamanan hayati) level 4 (BSL-4) di seluruh China Daratan hingga 2025. 

"Para peneliti China jadi punya lebih banyak peluang dan berkontribusi dalam penelitian patogen BSL-4 yang akan bermanfaat bagi dunia," ungkap George Gao, direktur Laboratorium Mikrobiologi Patogen Akademi Sains China, dilansir dari Nature. (Sumber: https://m.akurat.co/973839/geger-virus-corona-wuhan-ternyata-punya-laboratorium-penelitian-patogen-paling-berbahaya-di-dunia)

Seperti halnya orang yang ingin membuat penawar racun, dia harus memiliki beberapa racun yang diperoleh entah dari hewan atau tumbuhan beracun yang sengaja dikembangbiakkan. ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja, kekuatan dan kelemahan racun itu sendiri, baru kemudian mereka bisa membuat penawarnya. Beda dengan seseorang yang memang dari awal tidak terpikirkan membuat penawar racun, pasti akan membutuhkan waktu lama dibandingkan mereka yang telah lebih dahulu berkutat dengan racun tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun