Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Upaya Dasar yang Terlupa untuk Menyadarkan Predator Seks

8 Januari 2020   09:45 Diperbarui: 8 Januari 2020   09:49 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reynhard Sinaga yang terlibat dalam sejarah Kejahatan seksual di Inggris | IST/SkyNews via tribunnews

Indonesia digegerkan dengan munculnya nama Reynhard Sinaga yang bertebaran di lini masa media sosial dan berbagai pemberitaan media.

Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga, begitulah nama lengkapnya, ia seorang warga negara Indonesia kelahiran Jambi  yang didakwa atas tindakan kriminal pemerkosaan yang dilakukan di Manchester, Inggris.

Mendengar kata pemerkosaan memang sangat mengerikan, terlebih bagi kaum wanita. Namun, yang lebih mengerikan adalah ketika mendengar tindakan pemerkosaan yang justru korbannya adalah pria.

Ya, benar saja, Reynhard Sinaga melakukan pemerkosaan berantai yang diduga telah mencapai ratusan pria di apartemennya dengan bantuan obat bius yang dicampurkan kedalam minuman beralkohol.

Karena ulahnya itu, kata predator dianggap pantas dilekatkan pada nama Reynhard akibat aksi kejinya tersebut.

Berbicara masalah predator, saya teringat dengan pelajaran biologi di sekolahan. Kalau dalam ilmu biologi, predator diartikan sebagai makhluk hidup yang hidupnya berasal dari memangsa. Dalam kbbi lebih ditegaskan bahwa predator adalah hewan pemangsa hewan lain.

Reynhard memakan banyak korban atas aksi bejatnya tersebut, maka pantaslah kata predator berada mengikuti namanya. Apalagi pihak korban banyak yang merasa malu untuk menjalankan hidup sebagaimana mestinya akibat bayang-bayang tindakan tak senonoh yang dilakukan pelaku terhadap para korbannya tersebut.

Sensasi penyimpangan seksual dan kenikmatan yang ia rasakan tidak membuatnya jenuh dan berfikir bahwa yang dilakukan adalah kesalahan dan dosa terbesar yang menjerumuskan dirinya tidak hanya pada pengadilan dunia, namun juga pengadilan akhirat.

Bahkan, polisi yang memeriksa Reynhard menyebutkan bahwa Reynhard tidak memiliki empati dan simpati saat diperiksa oleh kepolisian Manchester. Hakim Goddard dalam putusannya menyebut Reynhard tampak tidak menunjukkan "sedikitpun penyesalan" atas kasus yang menjeratnya (dikutip dari detik.com)

Dilansir dari kompas.tv, tidak ada rehabilitasi untuk Reynhard Sinaga, Psikolog menyebutkan, Ia bahkan bisa menjadi predator yang lebih berbahaya lagi. What? Sulit memang untuk membantu orang yang berperilaku menyimpang seperti ini.

Lalu, apa yang bisa menolong dan menyadarkan perilaku penyimpangan seks ini?

Kelainan orientasi seksual seperti ini sebenarnya bisa disembuhkan, asal ada kemauan dari orang tersebut untuk berhenti melakukannya. Namun, jika sudah "nyaman" dan terus menikmati kesenangannya sendiri, mana bisa mau dibantu.

Nah, kemauan merupakan satu hal ini yang banyak terlupakan dari perilaku-perilaku menyimpang seperti ini. Kenapa harus diawali dengan kemauan atau niat terlebih dahulu? Karena niat adalah akar dari segalanya, dengan niat maka ada kesiapan seseorang untuk melakukan suatu perilaku atau tindakan. Jika tidak ada kemauan dari diri sendiri, maka sangat sulit rasanya untuk menggerakkan diri untuk berubah.

Kasus seperti Reynhard ini sebenarnya bisa dicegah dengan bantuan dukungan lingkungan sekitar, terlebih dari keluarga terdekatnya. Bagaimana mengubah pandangan Reynhard bahwa perilaku menyimpang yang ia nikmati adalah sebuah kesalahan yang besar.

Namun, lagi-lagi tergantung dari Niat si pelaku, apakah ia MAU berubah atau tetap menikmati kesalahan menyimpang yang ia rasakan.

Semoga kita dan lingkungan sekitar kita bisa terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang seperti ini, baik jadi pelaku maupun jadi korban. Dekatkan diri pada Ilahi agar diberi keteguhan Iman, sehingga perilaku-perilaku seperti ini bisa menjauh dari kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun