Mohon tunggu...
Sri Wahyu Ramadhani
Sri Wahyu Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menikmati waktu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Opini: September Kelam dan Diskriminasi

29 September 2021   18:53 Diperbarui: 29 September 2021   19:14 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentrok mahasiswa dan polisi di Makassar (sumber: Antara/Abriawan Abhe)

Di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, masyarakat yang menjadi minoritas di negara ini sering menjadi sasaran diskriminasi.

 Isu-isu diskriminasi ini sering bersinggungan dengan isu politik. Contohnya saat kasus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu dalam situasi menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun 2017.

Sejumlah demonstran Muslim menggelar unjuk rasa anti-LGBT (Sumber: Antara Foto/Irwansyah Putra)
Sejumlah demonstran Muslim menggelar unjuk rasa anti-LGBT (Sumber: Antara Foto/Irwansyah Putra)

Selain diskriminasi agama, belakangan ramai dibahas tentang fenomena global tentang kaum LGBT. Fenomena ini masuk ke dalam satu isu global tentang hak asasi manusia. Banyak pro kontra yang muncul terhadap komunitas ini. 

Di Indonesia, dengan mayoritas masyarakatnya konservatif, mereka tidak sepakat dengan LGBT. Tak jarang para penganut LGBT mengalami diskriminasi yang nyata dan terasing dari keluarga dan lingkungannya. Diskriminasi ini juga biasanya disertai dengan tindak kekerasan dan juga pelabelan manusia paling berdosa. 

Tentu hal itu memberikan rasa tidak nyaman dan tidak aman berada di lingkungannya. Masalah LGBT memang sangat rumit karena menyangkut banyak hal dalam kehidupan seseorang.

Lalu bagaimana caranya agar menekan sikap diskriminatif terhadap penganut LGBT? Diperlukan kerjasama dari semua lapisan masyarakat untuk membantu para penganut LGBT kembali ke jalan hidupnya yang normal. 

Dengan memberikan edukasi kepada para penganut LGBT melalui intelektual organis. Cara tersebut memang tidaklah mudah, perlu kerja kerja keras dan kecerdasan untuk memunculkan catharsis terhadap hegemoni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun