Mohon tunggu...
Sri Suratmi
Sri Suratmi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keamanan Beras untuk Ketahanan Pangan

31 Oktober 2018   14:18 Diperbarui: 31 Oktober 2018   14:20 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urusan Beras rupanya rapuh seperti tisu. Sedikit saja ketegangan, maka robeklah dia. Sedikit saja beredar gosip mengenai kelangkaan beras, maka harga-harga bisa naik menggila.

Contohnya, ada informasi mengenai beras medium di pasar induk Cipinang yang dua minggu terakhir ini langka. Sulit ditemukan. Harganya sudah merangkak hingga Rp 9000 per kilogram. Dan bila tidak diantisipasi dengan operasi mengguyur beras ke pasar, harga itu bisa naik 10-20 persen. Bisa jadi Rp 10 atau 11 ribu per kilogram. 

Sekadar informasi, beras medium adalah jenis beras yang dikonsumsi oleh kebanyakan orang. Ia tidak semahal beras premium, tapi kualitasnya masih lebih baik dibanding beras patah.

Berangkat dari beberapa fakta di atas, Bulog perlu bergerak cepat melakukan operasi pasar. Bila tidak, pasar akan ragu dengan kondisi stok beras yang sejak kemarin diklaim masih aman oleh Direktur Utama BULOG, Budi -Buwas- Waseso. 

Lagipula, kalau memang aman, mengapa saat ini terjadi kelangkaan? Pertanyaan sederhana ini pasti ada di pikiran kita semua. 

Beberapa pedagang besar di Cipinang juga mendesak Bulog supaya mereka tidak malu menjilat ludahnya sendiri. Khususnya dalam urusan impor beras.

Kita semua tahu lah, beberapa waktu lalu Buwas selaku Dirut Bulog mengklaim stok beras aman. Gudang Bulog penuh, bahkan sampai harus sewa gudang orang. Buwas juga bilang, Indonesia malah bisa ekspor beras tahun depan. Entah Buwas abis makan beras darimana.

Jangankan ekspor, memenuhi kebutuhan dalam negeri saja Bulog harus terseok-seok. Beberapa sentra beras di Jawa sudah melewati masa panen. Belum lagi kemarau panjang di berbagai daerah. Kalau sudah begini, impor jadi satu-satunya pilihan yang paling masuk akal. Mana mungkin perut rakyat kenyang hanya dengar omongan dan klaim-klaim swasembada dari pejabat.

Lagipula kita masih punya kuota sisa untuk impor beras. Dari jatah impor sebanyak dua juta ton, realisasinya baru 1,8 juta ton. 1,5 juta ton ada di gudang Bulog, 300 ribu ton masih dalam perjalanan. Artinya, masih bisa impor 200 ribu ton lagi hingga akhir tahun 2018 ini.

Kalau Buwas masih gengsi impor, lebih baik dia undur diri saja. Rakyat tidak bisa dikenyangkan dengan disuruh makan gengsi pejabat. Toh keputusan impor disepakati bersama oleh seluruh pejabat terkait. Mulai dari Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, dan Dirut Bulog sendiri. 

Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun