Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Toleransi Keberagaman dalam Masjid Al-Aqsha Menara Kudus

30 April 2021   22:50 Diperbarui: 30 April 2021   22:52 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke Masjid Al-Aqsha  Menara Kudus, yang menjadi satu dengan kompleks Makam Sunan Kudus, ada rasa sejuk menyelinap di hati, kedamaian terasa sekali. Masjid yang berada di samping Menara Kudus dan menjadi ikon kota Kudus itu didirikan oleh Ja'far Shodik atau lebih dikenal dengan Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau 956 Hijriah.

Masjid Al Aqsha Menara ini terletak di desa Kauman, Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Kira-kira 500 meter dari Alun-alun Simpang Tujuh Kudus. Masjid ini tak pernah sepi dari pengunjung baik oleh masyarakat sekitar maupun para penjiarah yang sekalian melaksanakan salat di Masjid Al-Aqsha ini.

Bangunan mirip-mirip candi bertebaran di area masjid ini. Saat kita masuk melalui pintu padukoro atau biasa disebut dengan tajug yang menyerupai pintu masuk bangunan candi dengan ukir-ukir khas Kudus.

Bangunan Menara yang berada di samping masjid mempunyai tinggi 18 meter, dengan ukuran dasar persegi 10x 10 meter. Dihiasi dengan piring keramik bergambar yang berjumlah 32 buah. Dua puluh buah berwarna biru berlukiskan masjid, manusia, unta dan kurma. Sedangkan 12 buah lainnya berwarna putih berlukiskan kembang.

Arsitektur bangunan menara ini mirip dengan selasar candi umat hindu, berasal dari tumpukan bata merah yang besar dan lebar dengan teknik pemasangan kosod, yaitu pemasangannya hanya dengan digosok-gosokkan tanpa perekat lainnya.

Bangunan puncaknya terdiri dari dua tumpuk atap tajuk dan ditopang dengan empat soko guru. Di puncak menara terdapat bedug yang biasanya ditabuh pada hari besar Islam, seperti sebagai penanda awal bulan Ramadan. Sehingga masyarakat Kudus sampai sekarang masih menyemarakkan tradisi tersebut sebagai Dhandangan.

masjid Al-Aqsho dan Menara Kudus sebagai latar Pertemuan Penyain Nusantara tahun 2019- foto koleksi pribadi
masjid Al-Aqsho dan Menara Kudus sebagai latar Pertemuan Penyain Nusantara tahun 2019- foto koleksi pribadi
Bentuk bangunan yang menyerupai candi tersebut konon, merupakan strategi Sunan Kudus untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di lingkungan yang masih kolot beragama Hindu. 

Agar agama Islam bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Kudus, Sunan Kudus mengadopsi beberapa kebudayaan dan kebiasaan masyarakat sekitar.  

Sunan Kudus melarang penyembelihan hewan sapi bagi masyarakat Kudus, yang sampai saat ini dilaksakan sebagian masyarakat Kota Kudus, dan menggantikannya dengan penyembelihan hewan kerbau. 

Sehingga masyarakat Kudus  terbiasa mengkonsumsi daging kerbau, makanan khas Kudus pun biasanya berbahan daging kerbau. Seperti Pindang Kerbau, Soto Kerbau, Sate Kerbau dan sebagainya.

Di depan Masjid Al-Aqsha menara Kudus juga terdapat bangunan Klenteng Hok Ling Bio, tempat beribadah agama Budha, yang menandakan saling toleransi antar umat beragama saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun