Di Kudus ada perayaan untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan, yang namanya Dandangan. Pada era Sunan Kudus, Dandangan yang berpusat di Masjid Menara Kudus menjadi sarana informasi kepada masyarakat untuk mengumumkan bila bulan Ramadan sudah tiba, dan umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Hal ini ditandai dengan dibunyikannya bedug yang ada di Menara Kudus.
Karena banyaknya orang yang berkumpul di sekitar menara untuk mendapatkan pengumuman tentang datangnya bulan suci Ramadan tersebut, dimanfaatkan oleh pedagang untuk berjualan aneka mainan dan kebutuhan lainnya. Lama-lama penjual dan pengunjungnya semakin membludak di sepanjang jalan Sunan Kudus sampai alun-alun Simpang Tujuh.Â
Melimpah-ruahnya penjual, terkadang dagangan mereka tidak laku sampai esok paginya saat Ramadan sudah datang dan mereka harus bubar. Â Untuk mengurangi kerugian biasanya penjual menjual barang-barangnya dengan harga lebih muarah dari harga sebelumnya, atau disebut boboran.
Kartu Lebaran
Setelah agak besar kita bukan lagi berburu mainan anak-anak pada saat boboran Dhandangan tetapi kami berburu Kartu Lebaran yang lucu-lucu, ada juga yang di lukis langsung disana.
Minggu-minggu kedua dan ketiga itulah, aku sering berharap-harap cemas kalau ada Pak Pos datang, aku dan saudara-saudaraku lainnya, sering berebut untuk  menjadi yang pertama menerima surat/ kartu lebaran dari Pak Pos. Dan setelah itu pasti diledek-ledekin gitu , " Hayo...dari siapa? " Dan kita akan sembunyi-sembunyi membukanya. Setelah itu biasanya aku simpan kartu --kartu lebaran itu. Bahkan sampai sekarang masih ada yang tersimpan kali ya....
Mapak Tanggal
Ada satu lagi kebiasaan bulan Ramadan pada saat itu, yaitu mapak tanggal atau menyambut malam seribu bulan atau Lailatul Qodar.  Biasanya ibu-ibu sudah mulai memasak aneka makanan dan kue untuk dibagi-bagikan ke tetangga, saudara dan kerabat. Mapak tanggal biasanya dilaksanan mulai tanggal likuran, selikur atau malam ke duapuluh satu, telulikur atau malam ke duapuluh tiga, selawe atau malam ke duapuluh lima, pitulikur atau malam ke duapuluh tujuh, dan terakhir songolikur atau malam ke duapuluh Sembilan.
Selain kita mengirim-ngirim makanan, biasanya kita juga akan mendapat kiriman makan, bahkan dalam sehari bisa mendapat lebih dari 5 Â berkat / dos makanan. Jadi sayang juga kalau jadinya tidak kemakan semua.
Pada akhir-akhir Ramadan, ibu jsudah sibuk membuat aneka kue untuk persiapan lebaran. Terutama kue kering yang harus ada disetiap rumah saat lebaran ala Kudus. Seperti kue Keciput, kacang plintis / kacang bawang, semprit / kue sagu, dan rangen / kue kelapa. Â Keciput ini yang sekarang menjadi kue ikon di Kudus, karena sifatnya jadi semacam tersedia di meja saat lebaran.
Bagaimana dengan Ramadanmu kawan, semoga semua kenangan manis buat kita semua. Â Selamat menjalankan ibadah Ramadan semoga makin khusuk di sepuluh hari terakhir ini. Terima kasih.
Kudus, 3 Juni 2018
Salam hangat selalu,
Dinda Pertiwi.