Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Istana Terakhir RMP Sosrokartono di 'Sidomukti'

15 November 2015   19:34 Diperbarui: 16 November 2015   04:36 2565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang ningrat Sorokartono berkesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dari pribumi lainnya. Setelah menamatkan Europeche Lagere School (ELS) di Jepara, kemudian melanjutkan sekolah di Hogere Burgerschool (HBS) di Semarang,dan pada tahun 1892 melanjutkan sekolah di Leiden Belanda dan lulus dengan Summa Cumlaude bergelar Doctorandus (Drs).

RMP. Sosrokartono melalang buana ke Eropa selama 29 tahun, beliau telah menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa lokal, selama di Eropa Sosrokartono pernah menjadi wartawan perang pada waktu Perang Dunia I dan juga pernah menjadi penerjemah di Liga Bangsa-bangsa di Jenewa, yang merupakan cikal bakal dari Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB. Karena sesuatu hal Sosrokartono pulang ke tanah air dan ingin mengabdikan diri pada bangsanya sendiri.

RMP. Sosrokartono senang melakukan tirakat dengan puasa 'ngebleng' selama 49 hari, beliau hidup sangat sederhana, dan pandai mengobati berbagai macam penyakit dengan meletakkan telapak tangan beliau pada kening orang yang sakit. Peninggalan belau hanya satu yaitu kain bertuliskan huruf 'Alif ' yang juga menjadi falsafah beliau, bahwa manusia harus berperilaku lurus menuju ke arah Ketuhanan. Falsafah hidup beliau ditulis bukan hanya teoritis namun sebagai laku kehidupan sehari - hari.

RMP. Sosrokartono mempunyai pedoman 'Catur Murti' yaitu antara pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan haruslah sama. Tidak boleh mlenca-mlence seperti para pejabat sekarang.

RMP. Sosrokartono disebut sebagai Mandor Klungsu

Klungsu atau biji asem itu kecil dan keras, tapi ketika ditanam akan rimbun menaungi tumbuhan di sekitarnya. Seperti prinsip hidup beliau untuk tetap sederhana walaupun sebagai ningrat dan terpelajar beliau bisa hidup mewah dan berkecukupan , namun beliau tetap hidup sederhana sampai akhir hidupnya namun bisa mengayomi orang-orang kecil.

RMP. Sosrokartono disebut sebagai Joko Pring

Disebut 'Joko' karena sampai akhir hanyatnya beliau tidak pernah menikah jadi masih berstatus sebagai 'Joko'. Pring atau bambu itu apapun jenis, warna dan bentuknya tetap sebagai bambu, demikian juga beliau walaupun telah melalang buana kemana-mana dan menguasai berbagai macam ilmu namun tetaplah menjadi seorang Sosrokartono yang asli Jawa.

Drs. RMP Sosrokartono akhirnya tinggal di Bandung, dan menjadi salah satu guru dari Ir Soekarno, dan membantu dalam bidang pendidikan yaitu pendirian Taman Siswa. Kesederhanaan beliau ditunjukkan pada hidup beliau yang masih ngontrak rumah sewaktu tinggal di Bandung sampai akhir hayatnya. Beliau meninggal di Bandung  pada tanggal 8 Pebruari 1952 kemudian dimakamkan di pemakaman Keluarga trah Condronegoro yaitu Pesarean 'Sidomukti' Kudus. Yang menjadi 'istana terakhir' dari Sang Mandor Klungsu/ Joko Pring atau Drs. RMP. Sosrokartono.

 

tulisan di depan makan MRP. Sosrokartono. foto dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun