Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Serba-serbi Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi

6 Agustus 2020   23:34 Diperbarui: 7 Agustus 2020   15:09 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi:www.pixabay.com

Berdasarkan kalender pendidikan tahun ajaran baru dimulai 13 Juli 2020. Wabah pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020, akibatnya sistem pembelajaran dilakukan dari rumah secara online. 

Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 dari klaster sekolah/kampus. Kondisi serba mendadak, darurat belajar dari rumah ini tidak pernah terpikirkan dan disiapkan karena modelnya memang dirancang untuk tatap muka, pertemuan di depan kelas. 

Bukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), seperti di Universitas Terbuka (UT), yang dipersiapkan secara matang, detail, terukur, dan standar. Termasuk modul untuk mata kuliah, yang dibuat khusus agar dipelajari oleh mahasiswa UT.

Di awal pelaksanaan sekolah/kuliah melalui daring rasanya aneh, kikuk, tidak terbiasa, dan banyak kendala. Tergagap, bukan hanya infrastuktur yang tidak siap, tetapi guru/dosen, siswa/mahasiswa. 

Tidak kalah rempong adalah orang tua siswa/mahasiswa, karena beban dan dana bertambah, di saat penghasilan berkurang karena Covid-19. Beban sekolah harus menyiapkan infrastruktur TI yang hanya dimiliki oleh sekolah/kampus di kota. 

Guru/dosen kerja dari rumah selain menyiapkan materi pelajaran/kuliah dibutuhkan jaringan internet di rumahnya. Kalau tidak langganan provider harus membeli pulsa kuota agar dapat mengajar dari rumah.  

Para orang tua siswa/mahasiswa terbebani tuntutan "melek teknologi", tersedia gadget, jaringan internet, dan dana tambahan untuk membeli pulsa kuota. 

Orang tua wajib mendampingi dan membimbing anaknya yang sekolah di PAUD, TK, SD. Untuk yang SMP, SMA dan mahasiswa relatif lebih mandiri, tanpa pendampingan orang tua. 

Bagi orang tua kantoran, tugas semakin bertambah, selain mendampingi belajar anak-anaknya yang belum mandiri, mempunyai kewajiban menyelesaikan tugas kantor, rapat online dari rumah. 

Orang tua dituntut menggantikan peran guru kelas bagi anak-anaknya. Padahal realitanya tidak semua orang tua mempunyai "jiwa pendidik", sehingga kurang sabar, kurang telaten, dan lebih banyak menggunakan emosi daripada hatinya.   

Selama 6 (enam) bulan siswa/mahasiswa belajar dari rumah secara daring. Rasa rindu ketemu guru, teman, sahabat pasti ada. Belajar dalam kelas dengan bimbingan guru/dosen, mengerjakan tugas, rapat Osis, seabreg kegiatan mahasiswa di kampus, belajar di perpustakaan serasa di cafe yang nyaman dan menyenangkan. Keramaian di sekolah/kampus saat jam istirahat/makan siang di kantin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun