Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Bodong, Mengharap Untung Malah Buntung

2 Agustus 2020   17:38 Diperbarui: 14 Januari 2021   16:00 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:https://www.cnbcindonesia.com (Hotman P. Saragih)

Hak semua orang untuk dapat hidup layak, sehingga dapat memenuhi kebutuhan lahir, batin, dan spiritual. Namun kenyataan, untuk hidup layak tidak semudah membalik tangan, perlu proses, kerja keras, banting tulang dengan cucuran keringat dan air mata. 

Tujuannya agar menghasilkan pundi-pundi rupiah sebanyak-banyaknya. Melihat kesuksesan seseorang, jangan hanya dari hasil yang dicapai, tetapi perlu mengetahui proses dan perjuangan yang telah dijalani. Orang yang tidak menghargai proses, sering membuat fitnah, merasa iri hati, menyebarkan nyinyiran, bahkan hoaks yang irasional. Akibatnya para pekerja keras ketika menikmati hasil dari proses yang telah dijalani sering mendapat godaan, gangguan, dan cobaan.

Salah satu godaan adalah menjadi sasaran penjual jasa perencanaan investasi dengan iming-iming keuntungan yang fantastis bahkan tidak masuk akal. Cara berkomunikasi, memilih kata-kata sugesti, sering menghipnotis, para calon investor untuk mengalihkan dananya. 

Para investor yang sudah terpedaya, mati kutu, masuk perangkap dengan sadar, tanpa paksaan menarik tabungannya dari bank konvensional/syari'ah, untuk di investasikan. Tujuannya agar mendapat keuntungan berlipat ganda, lebih besar dibanding bunga bank. Bahkan sejatinya tidak punya dana untuk investasi, tetapi dipaksakan dengan pinjam di bank, karena tergiur oleh iming-iming keuntungan yang lebih besar.

Bayangan setiap bulan mendapat keuntungan 10 persen dari pokok yang di investasikan kata penjual jasa perencanaan investasi. Bulan pertama, kedua, ketiga masih sesuai janji bagi hasil sebesar 10 persen diberikan kepada investor. Masuk bulan ke-empat biasanya janji bagi hasil itu mulai tersendat, terlambat, dan berhenti. Mengapa ?. Dana yang diinvestasikan setelah terkumpul, katanya dikelola oleh perusahaan investasi untuk usaha tertentu, ternyata gagal, macet. Ini sebenarnya hanya modus pihak pengelola investor untuk membawa lari dana yang sudah terkumpul dari para investor.

Kalau sudah begini, jangankan para investor mendapatkan keuntungan bagi hasil sebesar 10 persen setiap bulan. Modal yang sudah disetorkan pun tidak dapat ditarik kembali dengan mudah. Para investor yang mengharapkan untung tetapi malah buntung atau rugi, tidak mendapatkan uang berlipat dengan cepat. Tidak mendapatkan  bagi hasil, "terpaksa" gigit jari. Dana yang disetorkan dan terkumpul sudah dibawa kabur, entah dimana rimbanya. Lapor polisi, paling disegel kantornya, tetapi pengelola investor telah kabur dengan membawa data-data penting.

Ada juga marketing jasa perencanaan investasi yang nakal dan licik. Dana investor masuk ke rekeningnya, tidak disetorkan ke perusahaan. Dana dipakai sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang konsumtif, hidup hedon, agar mendapat cap "OKB" (Orang Kaya Baru). Bayangkan dalam waktu setahun dapat membeli tanah, ruko, 7 (tujuh) mobil, emas, padahal statusnya pegawai biasa. Bila para investor menagih bagi hasil dan pengembalian dana, pasang muka memelas. Berkelit, karena ia juga "tertipu", padahal aslinya  "menipu" untuk kepentingannya. Logikanya, dari mana mendapatkan uang banyak untuk membeli barang bergerak (mobil, motor) dan tetap (ruko, tanah) ?.

Uang yang digunakan bukan lagi puluhan, ratusan juta, tetapi milyar. Berapa orang tertipu,  kehilangan dana , yang semestinya untuk biaya sekolah/kuliah anak-anak, membeli kendaraan, tanah, dan renovasi rumah. Berkat teori belut yang licin, tidak tersentuh hukum karena penipuan, statusnya sekedar saksi untuk kasus investasi bodong. Namun yakin dan percayalah teori belut itu besok tidak mempan di pengadilan abadi karena hakim tunggal bertindak seadil-adilNya, tidak ada rekayasa apapun. Siapa pun yang salah pasti merasakan pedihnya hukuman, yang benar mendapatkan ganjaran.

Berbagai jenis investasi tabungan, saham, emas batangan, berlian, rumah, tanah, memang penting dan perlu. Namun lebih penting dan lebih perlu investasi untuk membiayai pendidikan anak-anaknya agar menjadi orang yang terampil, tringginas, tangguh, berakhlak, beretika, kuat secara Iptek dan Imtaq yang berguna bagi orang banyak. Ilmu pengetahuan, pengalaman, wawasan kelak di dedikasikan untuk bangsa dan negara dari Sabang sampai Merauke. Bukan sekedar untuk kepentingan golongan, kelompok, kroni, etnis, suku, agama tertentu, tetapi berpikiran ke Indonesia-an dan ke Bhineka Tunggal Ika-an.

Di tengah pandemi Covid-19, investasi hakiki, untuk jangka panjang, langsung dapat dirasakan bagi yang membutuhkan. Sungguh sangat mengapresiasi kepada para dermawan, yang telah menginvestasikan sebagian harta bendanya untuk mereka yang tidak berdaya karena secara ekonomi terdampak Covid-19. Mereka tidak berpenghasilan, tetapi kebutuhan harian (makan) harus terpenuhi agar tetap sehat. Para dermawan dengan tulus ikhlas, tidak pernah berpikir keuntungan sebesar 10 persen, apalagi "subcribe". Gerakannya "silent", karena berprinsip tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah. "Tangan kanan memberi, tanpa perlu diketahui tangan kiri". Cukup diketahui diri sendiri dan TuhanNya.

Yogyakarta, 2 Agustus 2020 Pukul 17.10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun