Tamu masih banyak tetapi persediaan makanan sudah habis. Kalau kondisi ini terjadi, pasti menjadi pergunjingan sepanjang masa. Persediaan terlalu banyakpun juga menimbulkan masalah, selain biaya membengkak, makanan itu mau dikemanakan (apalagi acaranya malam hari).
Dalam pesta pernikahan biaya yang paling banyak adalah untuk konsumsi bila dibandingkan dengan sewa gedung, perias, fotografer, dekorasi, souvenir, keamanan, dan lain-lain.Â
Tinggal menghitung berapa jumlah tamu yang diundang dengan harga per porsi yang ditawarkan catering. Apalagi mencari catering yang enak, harga terjangkau, profesional, jujur, itu sudah perlu referensi yang banyak. Kondisi ini tentu berbeda bila acara pesta pernikahan cukup dadakan secara sederhana di rumah.Â
Tamu yang diundang terbatas hanya tetangga dan kenalan yang paling dekat. Jadi penyelenggaraan pesta pernikahan sederhana itu sangat relatif, tidak ada standar yang dapat dijadikan tolok ukurnya. Â
Mengadakan pesta pernikahan jangan berharap mendapatkan pengembalian biaya yang sudah dikeluarkan. Kalau tujuannya untuk acara pesta pernikahan, harus diniatkan dengan tulus ikhlas, tidak mengharapkan mendapatkan sumbangan dari para tamu yang diundang.Â
Oleh karena itu jangan pernah untuk mengadakan pesta pernikahan tanpa mempunyai modal yang cukup, apalagi harus mengajukan pinjaman di bank atau koperasi dengan jangka waktu panjang.Â
Jujur, anak-anak milenial kalau ditanya nikah dengan pesta meriah digedung, tamu yang diundang bahkan tidak dikenal (karena teman-teman orang tua), pasti memilih uangnya untuk modal kehidupan berkeluarga.Â
Masalahnya orang tua kalau diminta anak untuk modal berumah tangga, lebih memilih mengadakan pesta pernikahan, karena demi "prestige" dan harga diri dari lingkungan sosialnya.
Itulah kehidupan bersosial di masyakarat yang wajib memuliakan tamunya bila mengundang acara pesta pernikahan. Minimum diterima dengan ramah tamah dan ucapan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk menghadiri undangannya.Â
Sebagai ucapan terima kasih tamu-tamu itu disuguhi hidangan minum, snack, dan makan besar yang telah disediakan dan dipersiapkan dengan menu-menu pilihan yang beda dari biasanya.Â
Intinya berani mengundang, wajib memuliakan para tamu, dan jangan ber ekspektasi tamu itu membawa sumbangan, karena hal ini dapat menyecewakan. Di sisi lain mendapat undangan itu adalah kewajiban untuk menghadiri, dan hak bagi yang mempunyai hajad untuk menentukan siapa saja yang akan diundang. Â
Yogyakarta, 15 Januari 2020