Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembenahan Angkutan Massal Solusi Kemacetan

14 Juni 2019   15:33 Diperbarui: 16 Juni 2019   19:15 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:https://www.cnnindonesia.com (Puput Tripeni Juniman)

Suasana lebaran masih terasa dengan aneka hidangan khas yang tetata di meja tamu. Di komplek perumahan saling berkunjung antar tetangga memang tidak dapat dirasakan. Hal ini karena para warga yang masih mempunyai orang tua sibuk dengan urusan mudik dikampung halaman, atau mengambil praktisnya menghadiri pertemuan "trah" keluarga kecil, sedang, besar yang masih mempunyai tautan hubungan darah dalam garis lurus ke atas tingkat cicit (keturunan tingkat 4 (empat).

Lebaran pertama untuk berkumpul dengan keluarga inti, lebaran kedua dan ketiga pertemuan trah. Setelah itu kalau masih ada waktu, hari keempat mengunjungi tempat wisata atau sekedar kuliner bersama. Hari kelima persiapan untuk balik ke kota dimana selama ini menjadi tempat berlabuh untuk mencari nafkah bersama keluarga kecilnya.

Perjalanan mudik para perantau ini setiap tahun menjadi kesibukan Kementerian Perhubungan dan aparat kepolisian, agar lancar, aman dan nyaman. Seiring dengan pertumbuhan kendaraan pribadi mengakibatkan penurunan jumlah pemudik yang memanfaatkan angkutan massal. Berdasarkan data dari Kemenhub 2019 jumlah total penumpang sebanyak 11.531.775 orang, dibandingkan pada tahun 2018 berjumlah 13.923.193 orang. Artinya angkutan massal mulai ditinggalkan para pemudik karena telah mempunyai kendaraan pribadi, yang lebih praktis, murah, dapat membawa penumpang dan barang bawaan lebih leluasa. Walaupun di sisi lain dapat menimbulkan kemacetan sekalipun di jalan tol karena daya dukung dan daya tampung jalan tidak seimbang dengan laju pertambahan kendaraan pribadi.

Kalaupun menggunakan angkutan massal para pemudik saat ini sudah banyak pilihan, bahkan beberapa tahun ini perusahaan jamu, mie instan, dan lain-lain memberikan fasilitas mudik gratis  bareng bagi karyawan dan keluarganya. Suatu perbuatan yang terpuji dan mulia dari para konglomerat menyisihkan sebagian kecil keuntungannya untuk mensejahteraan karyawan beserta keluarganya. Artinya hal ini sudah mengurangi pengeluaran untuk transportasi. Selain itu pemerintah juga menyediakan fasilitas gratis pengiriman kendaraan motor, agar tidak ada lagi pemudik yang mengendarai sepeda motor jarak jauh karena sangat membahayakan keselamatan diri dan orang lain.

Namun demikian angkutan massal lebaran baik darat, laut maupun udara sebagai moda transportasi masih diperlukan saat lebaran karena mobilisasi orang, barang, jasa antar kota, lintas propinsi dan lintas pulau. Khususnya dimanfaatkan bagi orang-orang yang tidak dapat mudik bareng dan gratis, serta tidak memiliki kendaraan pribadi. Atau mempunyai kendaraan pribadi tetapi lebih nyaman dan aman memanfaatkan angkutan massal. Pilihan transportasi massal yang dimanfaatkan, sangat tergantung pada harga tiket, fasilitas pelayanan yang diberikan, kemudahan, kecepatan, ketepatan, keamanan dan kenyamanan.

Angkutan massal pasti dilirik para pengguna jasa asal dapat memberi kepuasan yang melebihi ekspektasi yang diharapkan para penumpang. Masalahnya, angkutan massal sering kurang memperhatikan sentuhan pelayanan prima, bahkan menaikkan harga tiket dengan alasan "lebaran". Harga tiket pesawat yang melambung tinggi, berakibat kurang dilirik konsumen, walaupun diakui telah memberikan pelayanan prima. Artinya angkutan massal itu bukan hanya ramah secara humanis, tetapi juga ramah isi dompet.  

Angkutan massal yang menjadi idola para pemudik, dapat mengurangi kemacetan apabila dibenahi secara serius dan perlu melakukan revolusi pembenahan baik fasilitas, manajemen, dan pelayanan. Sudah terbukti, angkutan darat seperti kereta api, saat ini menjadi pilihan utama karena telah melakukan pembenahan spektakuler secara komprehensif dan mengubah "image" negatif menjadi positif.

Saat ini naik kereta api "serasa" di dalam pesawat udara, yang bersih, rapi, indah, nyaman ada AC dan tempat duduk leluasa, dengan para para awak kereta yang gagah, senyum, ramah, sopan, santun. Tidak ada salahnya angkutan massal seperti bis antar kota antar propinsi, antar kota dalam propinsi juga melakukan hal yang sama. Penumpang adalah raja yang berhak mendapatkan pelayanan terbaiknya, sebagai subyek, bukan sekedar obyek "perahan" dengan alasan masa lebaran.

Menikmati perjalanan mudik yang menyenangkan dan selamat sampai tujuan adalah dambaan setiap orang. Kalau semua angkutan massal dibenahi secara serius, komprehensif dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi, saya yakin tidak ada kemacetan di jalan tol karena pemudik lebih nyaman, aman, enak naik angkutan massal daripada mobil pribadi. Semua itu perlu pionir yang mempunyai jiwa-jiwa pemberani, jujur, ikhlas demi pelayanan umat.

Yogyakarta, 14 Juni 2019 Pukul 15.21

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun