Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Perjalanan Sejarah UGM dengan "Nitilaku"

17 Desember 2018   00:02 Diperbarui: 17 Desember 2018   02:21 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap acara Dies Natalis Universitas Gadjah Mada (UGM),  ada agenda yang selalu dinantikan oleh para civitas akademika dan alumni lintas angkatan dan lintas fakultas, yaitu "Nitilaku" dari Pagelaran Kraton Yogyakarta menuju kampus Bulaksumur. Menurut Ketua Panitia Nitilaku, Hendrie Adji Kusworo, Ph.D:"nitilaku pertama kali dilaksanakan tahun 2012, sebagai kegiatan kultural historis" (https://www.ugm.ac.id).

Sejak didirikan UGM pada tanggal 19 Desember 1949, peran Keraton Yogyakarta sangat penting sebagai tempat belajar mengajar untuk Fakultas Hukum, Ekonomi, dan Sosial. Sedang Fakultas Teknik di Jetis, dan Fakultas Kedokteran di Pugeran Yogyakarta. Semua itu tidak lepas dari peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX , sebagai pimpinan  Keraton sekaligus Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

UGM didirikan pada masa revolusi, sebagai kampus perjuangan, kerakyatan, kebangsaan, dan Pancasila, yang didirikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satu tujuan negara Indonesia. UGM sering disebut "Kampus Biru", berasal dari judul buku:"Cintaku di Kampus Biru" berupa novel karangan Ashadi Siregar (dosen Fisipol). Novel ini diangkat dalam film layar lebar pada tahun 1976 disutradari Ami Prijono, dengan pemain utama Roy Marten, Rae Sita, Yati Oktavia, Faroek Alfero, Jenni Rachman.

Dalam perkembangannya UGM,sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 1949, awalnya hanya memiliki 6 (enam) Fakultas yaitu Teknik, Kedokteran, Pertanian, Kedokteran Hewan, Hukum, Sastra dan Filsafat. Saat ini telah berkembanga menjadi 18 Fakultas, dan dua (2) Sekolah yaitu Sekolah Vokasi dan Sekolah Pasca Sarjana, 251 program studi, dengan jumlah mahasiswa 56.000 orang dari dalam dan luar negeri.  Alumninya sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia, bahkan di luar negeri,  yang tergabung dalam Keluarga Gadjah Mada (Kagama). Ketua Kagama saat ini adalah Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), sebagai lulusan Fakultas Hukum.

Acara nitilaku menjadi agenda tahunan setiap dies UGM, kali ini bertajuk:"Nyawiji Mendireng Nagari" (bhs. Jawa) yang berarti :"Bersatu Demi Kejayaan Ibu Pertiwi". Artinya di UGM ini sebagai Indonesia mini, karena civitas akademika dan tendik berasal dari berbagai daerah mulai Sabang sampai Merauke, bersatu padu untuk menuntut ilmu yang dapat menjadi bekal untuk mengabdi dan berbakti demi Ibu Pertiwi. Walaupun mempunyai 18 Fakultas, dan 2 Sekolah, saling bersinergi, berkolaborasi, berjejaring demi almamater untuk membangun negeri.  

Nitilaku ini telah bertransformasi menjadi menjadi peristiwa budaya yang mensinergikan potensi UGM, masyarakat, swasta, pemerintah, dengan menonjolkan unsur-unsur sejarah perjuangan dan kebangsaan. Walaupun dalam suasana suhu politik yang semakin menghangat menjelang pileg dan pilpres, kampus bebas dari suasana panas. Bahkan tadi pagi acara nitilaku ini diiringi hujan rintik-rintik, namun tidak menyurutkan semangat para peserta yang berjalan sampai tujuan di Bulaksumur.

Nitilaku sendiri adalah pawai budaya, mengandung simbolisasi sejarah UGM yang berawal dari Siti Hinggil Keraton Yogyakarta menuju kampus UGM. Route yang dilalui melalui titik nol kantor pos, bisa lurus sampai Tugu, terus melewati Jenis, belok kanan. Pernah juga melalui Malioboro sampai Tugu belok kanan, perempatan Korem belok kiri. Tahun ini routenya berbeda, dari Kantor Pos kelok kanan, dan perempatan Gondomanan belok kiri sampai jalan Kleringan, Kotabaru terus ke Graha Sabha Permana (GSP).

Sambutan masyarakat yang dilalui begitu antusias karena bukan saja peserta nitilaku ini para civitas akademika, alumni, tendik, tetapi juga group kesenian dari berbagai daerah, lengkap dengan baju daerah. Tema kostum biasanya baju "jadul", kain kebaya, baju-baju tempo dulu, pakaian Jawa lengkap dengan beskap, kain lurik. Artinya dalam acara nitilaku inipun tidak lupa mengangkat produk lokal seperti  kain tenun, batik truntum, lurik, caping sebagai tutup kepala, sehingga menggerakkan ekonomi rakyat.

Tidak lupa hidangan yang disuguhkan berupa makanan dan minuman khas seperti soto, gudeg, nasi liwet, siomay, pecel, gado-gado, lontong opor, lontong sayur, nasi kucing. Minuman beras kencur, jus jambu, jus mangga, dawet, teh, air jeruk, dan buah-buahan lokal misalnya pisang, salak, rambutan, klengkeng.

Dalam acara nitilaku sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar alumni lintas angkatan dan lintas fakultas, semuanya membaur menjadi satu Keluarga Gadjah Mada. Bahkan mampu menciptakan suasana "temu kangen", sehingga menghilangkan rasa sakit hati ketika mengakhiri purna bakti penuh dengan haru biru, seketika menjadi suasana yang ceria, riang gembira walau hanya sebentar.

Hati ini serasa lega dapat menyelesaikan nitilaku dengan lancar, dan semangat walau ketika di alun-alun ada insiden kecil saya jatuh dari panggung foto booth. Dirgahayu UGM terus mengabdi untuk negeri.

Yogyakarta, 16 Desember 2018 Pukul 23.59

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun