Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Profesi Polisi Menjadi Idola Bagi Anak-anak?

2 Juli 2018   12:23 Diperbarui: 2 Juli 2018   12:36 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak-anak yang masih polos, jujur, lucu, itu ditanya cita-citanya ingin menjadi apa kalau sudah besar?. Jawaban yang spontan, cepat, keras polisiii, karena yang terpikir dalam benaknya polisi itu gagah, apalagi kalau berseragam dengan tanda pangkat dan sepatu yang selalu bersih dan mengkilat. Kesan gagah, tegas, berwibawa, tetapi hatinya lemah lembut bagi polwan yang menghadapi para pendemo di bundaran HI. 

Demikian juga yang selalu muncul di media elektronik untuk memberi informasi tentang kemacetan di jalan raya ketika lebaran selain ramah, murah senyum, juga cantik-cantik.

Semboyan polisi melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, agar masyarakat merasa tenang, aman dan nyaman dalam melakukan kegiatan. Tugas negara yang berat dengan penuh tanggung jawab dan semangat dijalankan. Coba amati ketika pagi hari anak-anak sekolah kondisi lalu lintas yang semrawut, dapat tertib karena ada polisi lalulintas (poltas) yang bertugas di persimpangan jalan, kondisi hujan dan panas tetap dijalani dengan penuh tanggung jawab. 

Saat orang bersuka ria mudik lebaran, polisi membuat pos-pos mudik lebaran, memberi pelayanan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan mudik. Mereka rela tidak mengambil cuti untuk berkumpul dengan keluarganya demi tugas negara, mengamankan dan menertibkan lalu lintas arus mudik dan arus balik.

Anak-anak sering bertemu dengan bapak polisi dan ibu polwan yang selalu simpati dengan menyeberangkan di jalan raya, karena walau ada tanda "zebra cross" pun para pengemudi tidak ada niat untuk mengerem laju kendaraannya. Poltas menegur dengan ramah ketika lampu motor tidak dinyalakan disiang hari, padahal untuk kepentingan pengendara. 

Bahkan mendapat "cakaran" diwajahnya, umpatan yang tidak sopan oleh ulah "emak-emak" yang melanggar peraturan lalu lintas, tetap sabar tidak melawan. Selain itu dengan sigap merespon setiap laporan tindak kejahatan dari masyarakat. Tugasnya penuh resiko, karena menghadapi penjahat dari berbagai kasus mulai kelas teri sampai kakap, dan teroris yang bersenjata.  

Polisi sebagai salah satu aparat penegak hukum, selain jaksa, pengacara, dan hakim. Sebagai aparat penegak hukum mempunyai prinsip:"Fiat justitia ruat caelum", artinya hendaklah keadilan ditegakkan, sekalipun langit runtuh. Kalaupun semboyan ini belum dapat terealisir, karena ulah para "oknum" aparat penegak hukum, bukan kelembagaan (kepolisian, kejaksaan, Himpunan Pengacara/Advokat Indonesia (HAPI), dan kehakiman). 

Namun ulah "oknum" penegak hukum diakui dapat mencoreng lembaganya. Ibaratnya "nila setitik rusak susu sebelanga". Hal inilah yang menjadi PR para pemimpin negeri ini untuk menegakkan wibawa hukum di masyarakat. Bahwa hukum (baca peraturan) itu ada agar ada ketertiban, rasa aman, nyaman, damai, sejahtera, berkeadilan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Pastinya untuk mendapatkan anggota kepolisian yang berkualitas dapat diawali ketika melakukan "rekruitmen", untuk memilih orang-orang yang paling baik dari yang terbaik. Kejujuran, komitmen, tanggung jawab, para panitia rekruitmen menjadi indikator untuk mendapatkan generasi penerus polisi yang dapat diandalkan, dan mempunyai jiwa ketulusan dalam pengabdiannya. 

Diakui ada godaan dari kanan, kiri, atas, bawah yang sering membuyarkan idealisme panitia rekruitmen. Sistem perekrutan sudah transparan, akuntabel, berkeadilan, dan gratis tidak dipungut biaya sepeserpun untuk menjadi anggota polisi, dimaksudkan untuk mendapatkan calon-calon polisi yang berkualitas.  

Sejak 5 Juni 2014 polisi di Indonesia telah mengkampanyekan branding "Turn Back Crime", bersama-sama memerangi kejahatan, oleh Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun