Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nilai Kejujuran Berakar dari Romantisme Keluarga di Bulan Puasa

23 Mei 2018   12:57 Diperbarui: 24 Mei 2018   20:11 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan adalah bulan istimewa dibanding sebelas (11) bulan lainnya dalam satu tahun, yang kehadirannya dinantikan oleh umat muslim dengan suka cita. Bagaikan tamu agung, kehadirannya sangat dinantikan oleh tuan rumah. Perlu persiapan untuk menyambutnya dengan membersihkan secara lahiriah, batiniah, niat ikhlas dengan tujuan mendapat nilai ketakwaan. 

Kesempatan emas mendapatkan bulan suci Ramadan ini tidak boleh terlewat begitu saja agar tidak merugi. Hal ini dengan melihat kenyataan tidak sedikit umat Islam yang hanya mendapat lapar dan dahaga, tanpa ada perubahan yang lebih baik, setelah bulan suci Ramadan berlalu.

Puasa secara langsung membuat orang menjadi jujur, berkata apa adanya, karena puasa adalah untuk-Ku (Alloh SWT) dan Aku (Alloh SWT) yang memberi ganjaran umat yang berpuasa. 

Orang yang sering menjalani puasa dengan baik dan benar semestinya dekat dengan kejujuran. Artinya walaupun orang tersebut sendirian, tetap tidak akan membatalkan puasa dengan makan dan minum, karena ada Alloh SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. 

Masih berani berbohong, dan berkata tidak jujur ?. Sungguh mengerikan hukuman bagi orang yang tidak jujur. Minimal di dunia, oleh lingkungan di cap tidak amanah, suka berbohong, senang memanipulasi, dan tidak akan terpilih menjadi pimpinan, karena syarat pimpinan salah satunya adalah jujur.  

Nilai-nilai kejujuran itu bibitnya tumbuh, bersemi, berkembang dari keluarga yang romantis, saling memperhatikan, menyayangi, peduli, mempercayai, bertanggungjawab, menghargai dan demokratis. 

Sangat jarang bibit kejujuran dapat tumbuh, bersemi, dan berkembang di keluarga yang saling mencela, menang-menangan, egois, tidak rukun, diktator, tidak demokratis. Bagaimana kejujuran dapat tumbuh kalau anggota keluarga saling bertengkar, berselisih paham untuk hal-hal yang semestinya tidak perlu terjadi. Beda pendapat dalam keluarga adalah hal biasa yang tidak perlu diperuncing sampai menimbulkan cerai berai, dan mengajukan gugat cerai.

Perbedaan pendapat adalah karunia, berkah, yang  mempererat dan membuat keluarga semakin romantis. Mengingat keluarga itu terbentuk dari perbedaan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sah untuk mencapai keluarga yang bahagia sejahtera. Itulah uniknya keluarga dari yang tidak sama dipersatutakan dan lahirlah perbedaan, walau berasal dari rahim ibu yang sama. 

Tiap anak mempunyai sifat, watak, karakter, perilaku yang berbeda, tidak boleh dibanding-bandingkan kulit, rambut, gigi, porsi makan, kesukaan/hoby, pikirannya, kecerdasan, kebiasaan. Asal semuanya dalam batas-batas normal, yang tidak melanggar norma agama, kesusilaan, norma adat, dan norma hukum. Biarkan memberi warna dalam keluarga yang dapat menumbuhkan romantisme di keluarga inti (ibu, ayah, anak) dan keluarga besar.

Dalam keluarga yang romantis, tumbuh subur nilai-nilai kejujuran, karena tidak ada dosa diantara mereka. Orang tua yang minta kembalian uang untuk membeli bumbu dapur di warung bukan berarti pelit, tetapi menanamkan nila kejujuran dan petanggungjawaban. Kalau uang kembalian diminta anak harus ijin, agar kelak anak tidak terbiasa menyerobot dan mengambil yang bukan haknya. Disinilah bibit korupsi itu sudah tertanam, tanpa disadari oleh siapapun termasuk orang tua.

Tidak membiasakan anak mengambil  sendiri uang di dompet orang tuanya ketika minta uang saku, namun mintalah tolong anak untuk mengambil dompet di tas kerja, kantor, laci, meja dan orang tua yang mengambilkan. Nampaknya ini sepele dan ribet, tetapi berpotensi  menumbuhkan ketidak jujuran antara yang diminta dan diambil tidak sama. Niat kejahatan muncul karena ada kesempatan, tidak amanah, ketika bebas mengambil uang di dompet orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun