Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Memenuhi Panggilan Haji ke Tanah Suci

22 Juli 2018   23:42 Diperbarui: 21 Agustus 2018   15:50 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Sabtu tanggal 20 Juli 2018 memenuhi undangan tetangga di Kompleks yang mengadakan pengajian untuk “pamit haji”. Acara ini dikemas sederhana, namun esensinya tetap sama yang intinya pamitan untuk pergi haji,  permohonan maaf dan doa agar semua urusan lancar, menitipkan keluarga yang ditinggalkan kepada tetangga kanan kiri, dan mendapatkan kemabruran haji.  

Memenuhi panggilan menunaikan ibadah haji untuk menyempurnakan rukun Islam ke-5, syaratnya  mampu membayar ONH, sehat jasmani dan rohani, mempunyai ilmu haji, ada biaya untuk keluarga yang ditinggalkan. 

Pergi haji itu memang penuh “misteri”, yang sulit diterima oleh akal, tetapi menjadi kenyataan, kasat mata. Banyak orang yang sudah mampu untuk membayar ONH, tetapi belum melaksanakan ibadah haji, sebaliknya orang yang hidupnya pas-pasan karena rajin menabung bertahun-tahun dapat melunasi ONH. Semuanya tergantung pada “niat” dan “keyakinan”, karena secara matematika membayar ONH mengurangi jumlah kekayaan, namun sejatinya menambah yang berlipat ganda.

Bisa jadi orang yang mampu belum pergi haji karena sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan/bisnis, anak-anak masih kecil. Namun ada yang “khawatir” bahkan “takut” karena cerita, kejadian yang sering tidak masuk akal dialami, dirasakan oleh jamaah haji ketika  menjalani prosesi haji. 

Setiap jamaah haji ketika di negeri orang, yang berbeda adat kebiasaan, budaya, bahasa, sebagai tamu Alloh wajib bersikap sopan dalam berbicara dan bertindak, dan mentaati syarat dan ketentuan dari pembimbing. Sebagai tamu sepatutnya menjaga lingkungan yang bersih, dengan membuang sampah di tempat yang disediakan. 

Mengingat orang yang datang ke tanah suci dari berbagai negara di dunia dengan warna kulit, postur tubuh tinggi besar, kalau jalan cepat dan bila dalam kerumunan orang banyak dengan cara menyibakkan tangan, sebaiknya orang Indonesia kalau bisa menghindar. Sibakan tangannya dapat menjatuhkan orang bila posisi berdiri tumpuhan kaki kurang kuat. Selain itu untuk pergi haji ada tips yang dapat menjadi tambahan pengetahuan yaitu:

  1. Niat dengan ikhlas karena Alloh semata, bukan karena yang lain, apalagi sekedar untuk medapat sebutan haji atau hajjah, demi “prestige”. Bahwa sebutan haji dan hajjah itu mempunyai konsekwensi moral untuk menjadi teladan di keluarga dan masyarakat dalam hal kejujuran, kesabaran, ketaatan dan menegakkan peraturan dengan adil dan humanis.
  2. Upayakan untuk dapat menjalankan rukun wajib dan sunah, supaya pergi ke tanah suci tidak sia-sia/mubadir. Rukun haji itu niat ihram, thawaf (mengelilingi ka’bah berlawanan dengan arah jarum jam), sa’i (lari-lari kecil antara Sofa Marwah), tahalul (potong rambut), tertib.  
  3. Melakukan ibadah sesuai dengan situasi dan kondisi, karena ibadah haji itu berat perlu stamina badan yang sehat. Kalau niatnya ikhlas karena Alloh, di tanah suci rasanya hanya kepingin ibadah.
  4. Tetap menjaga kesehatan, dengan makan makanan gizi seimbang agar badan tetap bugar dan kuat menjalankan serangkaian ibadah haji yang sangat membutuhkan tenaga secara fisik. Jama’ah yang masuk resiko tinggi (risti) karena faktor usia, atau penyakit bawaan dari Indonesia harus memperhatikan nasehat dokter dan minum obat yang dianjurkan.
  5. Mengikuti aturan main dari pembimbing, baik untuk menjalankan ibadah maupun untuk hal yang lainnya. Disarankan tidak pergi sendirian, apalagi wanita harus berombongan, dan tetap memanfaatkan “ilmu titen” (mengingat jalan yang dilalui ada tanda hotel, atau lampu), supaya tidak tersesat.
  6. Selalu berbuat baik kepada orang lain dimana pun dan kapan pun. Misalnya di toilet yang sedang antri dan ada orang tua dipersilahkan mendahului. Menolong orang tua yang tersesat jalan dengan mengantarkan di koordinator haji yang terdekat, dengan melihat gelang yang pakai kalau tidak bisa bahasa Indonesia.
  7. Toleransi dengan jama’ah lain, misalnya dalam satu kamar/ruangan bersama-sama dengan 4 – 8 orang berarti ada 8 karakter. Ada yang masuk angin dengan AC,  ada yang AC harus dihidupkan, ada yang kalau tidur harus lampu terang, ada yang kalau di kamar mandi lama, ada yang tidur mendengkur, dan lain-lain. Kebiasaan, watak, karakter dari Indonesia akan terlihat jelas karena selama 40 hari bersama-sama.
  8. Sabar tetap dijaga, karena teman jama’ah satu rombongan, satu kloter tidak semua sering bepergian (traveling), jadi naik pesawat, naik eskalator, memanfaatkan toilet di hotel/penginapan perlu bimbingan. Wajib yang mempunyai ilmu dan pengalaman memberi tahu kepada jama’ah yang tidak pernah bepergian. Walaupun di Indonesia sudah ada simulasi naik pesawat, eskalator, takut maka perlu didampingi.

Perjalanan ibadah diakui bukan sekedar perlu persiapan fisik dan psikis, namun semua energi lahir dan batin. Semua itu bila dijalani dengan niat ikhlas karena Alloh, maka akan mendapatkan kesehatan, kelancaran, dan haji/hajjah mabrur.

Yogyakarta, 22 Juli 2018 Puku 23.39

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun