Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Germas" Menuju Indonesia Sehat

26 Maret 2018   19:52 Diperbarui: 26 Maret 2018   19:57 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Senam Germas. (foto: Tribunnews.com)

Mens sana in corpore sano, dari bahasa Latin berarti dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Dalam dunia kesehatan juga dikenal istilah "pencegahan lebih baik daripada pengobatan". Berobat itu membutuhkan biaya mahal, padahal sudah ada BPJS, Kartu Indonesia Sehat (KIS). Untuk memanfaatkan fasilitas kartu kesehatan ada syarat dan ketentuan yang berlaku. Untuk PNS (ASN), pegawai BUMN, swasta iuran tiap bulan sudah dibayarkan oleh bendahara yang dipotong dari gaji. Namun untuk peserta BPJS Kesehatan Mandiri harus membayar kelas 1 sebesar Rp 80.000,-/bulan (Rp 960.000 per tahun), kelas 2 Rp 51.000,-/bulan (Rp 612.000,- per tahun) dan kelas 3 Rp 25.500/bulan (306.000,-per tahun).

Terlepasa dari masalah pembayaran iuran peserta BPJS Kesehatan yang semakin pelik permasalahannya, kondisi sehat itu adalah karunia Alloh SWT yang tidak ternilai harganya. Orang dikatakan sehat menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:"bila fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis". 

Sehat itu menjadi hak bagi setiap orang Indonesia, termasuk mendapatkan lingkungan sehat, dan informasi data kesehatan dirinya sendiri. Untuk informasi kesehatan, pasien sangat minim mendapatkan informasi dari dokter tenaga kesehatan yang memeriksa. Banyak pasien yang antri menunggu menjadi alasan dokter untuk memberi penjelasan tentang suatu penyakit.

Difinisi sehat bukan saja sehat secara fisik, namun meliputi mental, spiritual dan sosial. Kondisi lingkungan yang semakin tidak aman dan nyaman, pola hidup, pola makan, pola kerja, pola tidur, dapat berpengaruh pada kesehatan seseorang. Tekanan, tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi, makanan "fastfood", tuntutan kompetensi, dan begadang setiap malam menjadikan mental, spriritual dan sosial terganggu. 

Apalagi orang-orang yang mudah tergoda dengan gaya hidup snobismedari kata snobyaitu:"orang yang senang meniru gaya hidup atau selera orang lain yang dianggap lebih daripadanya tanpa perasaan malu; 2. orang yang suka menghina dan meremehkan orang lain yang dianggap lebih rendah daripadanya; orang yang merasa dirinya lebih pintar daripada orang lain". Secara fisik sehat, namun "sakit" jiwa, mental, spiritual dan sosial, sangat mengganggu lingkungan.

Perubahan zaman yang cepat karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat berpengaruh pada pola hidup sehat. Aktivitas fisik semakin berkurang, semua serba mudah tinggal "klik", pencet semua sudah selesai sendiri, mulai memasak, mencuci, nonton TV dan memindah channel, pesan makanan, bisa dilakukan dari rumah. Tanpa disadari orang-orang disekitar kita sudah berpola hidup tidak sehat, yang berpotensi merugikan dirinya sendiri, keluarga, kerabat, dan masyarakat.

Pemerintah mencanangkan "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)"sebagai tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup (http://www.depkes.go.id/). Pelaksanaan Germas dimulai dari keluarga, sebagai bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. Germas ini meliputi: Melakukan antivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban.

Germas ini menjadi ditekankan oleh Menkes RI Nila Farid Moeloek dalam sambutan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-56 Tahun 2016 di Jakarta. Momentum HKN untuk mencanangkan Germas dimaksudkan agar masyarakat menjaga kesehatan guna mewujudkan Indonesia sehat. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa penduduk usia produktif (PUS) yang jumlahnya besar dapat semestinya memberikan kontribusi bagi pembangunan. Masalahnya, kondisi ini justru menjadi ancaman karena meningkatnya penyakit tidak menular (PTM), dan perilaku yang tidak sehat. Perubahan "gaya hidup" terbukti memicu pergeseran pola penyakit stroke, jantung koroner, kanker dan diabetis justru menduduki peringkat tertinggi, yang diderita oleh para penduduk usia produktif.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara:" Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban". Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin. Melakukan aktivitas fisik misalnya dengan jalan kaki, senam, lari pagi, disaat udara masih segar setiap hari selama 30 menit. 

Namun udara segar di kota-kota besar menjadi hal yang langka, karena polusi udara kendaraan dan industri. Fasilitas umum berupa ruang publik terbuka juga semakin jarang ditemukan, karena lahannya dipakai untuk pemukiman penduduk. Mengonsumsi buah dan sayur belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan bagi kelas menengah ke bawah. Periksa kesehatan secara rutin, belum terbiasa karena sakit dulu baru berobat. Bahkan untuk BPJS Kesehatan pun belum menjadi peserta dan membayar iuran, ketika di rawat di Rumah Sakit, baru mengurus BPJS Kesehatan untuk mengklaim pembayaran. Semoga "kesadaran" dan "kebiasaan" untuk hidup sehat segera terwujud...!

Yogyakarta, 26 Maret 2018 pukul 19.33

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun