Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kenangan Lawas Naik Kereta Api

28 September 2022   14:49 Diperbarui: 28 September 2022   20:40 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayoo naik kereta api ke Madiun, sekarang akan ada kenangan indah sepanjang perjalanan. Ilustrasi kereta api. Foto: KOMPAS.com

Tiket kereta ekonomi memang murah saat itu sekitar Rp17 ribu, tetapi gaji honor juga kecil. Walaupun temen bilang uang tiket diganti, rasa-rasanya tidak enak kalau membebani dia.

"Teteh nanti ada temannya, ini dia ke Madiun juga!" Adik saya tiba-tiba menunjuk salah seorang perempuan cantik.

Mungkin ketika saya melamun, adik saya bertanya tujuan pada perempuan di sebelahnya. Kami pun kenalan, sebut saja namanya Sarmi. Sepertinya dia sudah sering naik kereta api, tampak dari sikapnya yang tenang.

Kereta Api Kelas Ekonomi

Tempat duduk kereta ekonomi sekarang sangat jauh dengan tahun 90-an yang keras. Dokpri
Tempat duduk kereta ekonomi sekarang sangat jauh dengan tahun 90-an yang keras. Dokpri

Tibalah kereta ekonomi datang. Seorang petugas memberitahu lewat pengeras suara. Jantung saya makin degdegan dan selalu bilang pada Sarmi untuk tidak meninggalkan saya sendiri.

Aman, kami berdua berhasil naik gerbong kereta ekonomi. Akan tetapi pemandangan di dalam gerbong mengejutkan. 

Gerbong sesak dipenuhi orang, tas besar dan kardus. Jalan antara kursi banyak orang tidur beralas koran atau kardus, sampah pun berserakan tidak karuan.

Saya bersama Sarmi berdiri bergelantungan dekat kursi paling belakang. Maju mundur tak bisa karena tidak ada jalan yang bisa dilewati untuk mencari gerbong kosong.

Saya tak hentinya memegang tangan Sarmi. Sarmi pun selalu bilang, "Jangan takut ada saya."

Entah berapa lama saya dan teman bergelantungan bersama penumpang lain. Tiba-tiba seseorang memberikan kursinya pada kami berdua.

Plong, pada akhirnya bisa duduk di antara desakan orang, walaupun kursi yang amat keras itu seharusnya diisi 2 orang jadi diduduki 3 orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun