Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fasilitas Umum di Indonesia, Sudahkah Ramah Disabilitas?

7 Desember 2021   13:51 Diperbarui: 8 Desember 2021   01:45 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah kaum disabilitas yang tergabung dalam Gerakan Aksesbilitas Umum Nasional (GAUN) menggelar aksi susur trotoar di sepanjang Jalan Sabang, Thamrin, ke arah Jalan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/8/2017). Kaum disabilitas menyuarakan kebutuhan akan jalur pedestrian yang ramah dan aman akibat banyaknya trotoar yang digunakan untuk parkir mobil atau motor sampai pedagang kaki lima berjualan sehingga fasilitas untuk disabilitas menjadi rusak.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Saya tidak terima, anti bilang "Sudahlah". Sebagai manusia berhak membuang kencing, siapa yang berani melarang.

Saya ingin berantem, tetapi berpikir lagi, pasti kalah, orang dia tinggi besar, sedangkan saya kecil. 

Kasihan juga pipi jika kena tonjok dia, sudah gak bawa bedak, lipen, dan kawan-kawannya.

Akhirnya saya minta penjaga toilet, "Mba, tolong jaga dulu, jangan sampai ada wanita, masuk ke toilet, saya dan suami sebentar, buang air kecil paling hanya dua menit, bisa juga kurang dari itu."

Si penjaga ayu dan baik hati tersenyum kaku, takut juga mungkin sama satpam yang teriak-teriak di depan saya. Orang berdiri dekat seharusnya jangan teriak.

Ceritanya belum selesai. Saya masih tidak terima dengan kesulitan yang diciptakan satpam. Selesai Jumatan dan suami makan, saya mencari pengurus masjid dan satpam yang bertolak pinggang.

Saya merasa satpam tidak adil, penyedia layanan publik pun demikian. Ketua ta'mir masjid rest area minta maaf atas sikap satpam, satpam pun minta maaf, alasannya tidak tahu kalau suami memerlukan bantuan jika kencing. Ngundang emosi itu satpam, 

"Pak, suami saya ada di depan mata jenengan, jelas dia tidak punya tangan, kaki pun satu, bagaimana mau buka celana, makanya jangan emosi, sok pemilik wewenang," geram saya saat itu.

Masalah dianggap selesai setelah semua minta maaf dan pengurus masjid akan mengajukan toilet difabel kepada pengembang. Entahlah... benar atau tidak.

Kalau untuk trotoar kota, mal, bioskop, saya tidak pernah protes, karena suami tidak ingin ke tempat seperti itu.

"Belanja sendiri saja, saya antar sampai parkiran," ujar suami setiap saya minta antar belanja ke mal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun