Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Toxic Parents" Kenali Karakter dan Cara Mengatasinya

4 November 2021   17:13 Diperbarui: 4 November 2021   19:14 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak mau ke rumah Mba Mira lagi," adu adik saya kala itu.

Rumah bagus di desa milik keluarga kaya. Saat itu, saya minta tolong adik menjemput menantu pemilik rumah itu untuk menghadiri acara.

Namun, ketika datang, bukannya disambut baik oleh mertua Mira, malah adik saya dimarahi, dihina. Bukan saja adik sebagai tamu yang dihina, tetapi menantunya, Mira dan anaknya sendiri dibentak. 

Menurut Mira, ternyata mertuanya mendidik anaknya sangat keras. Hinaan, teriakan setiap hari sering dilontarkan kepada anaknya juga cucunya yang tinggal satu rumah. Sikap mertuanya Mira bisa disebut toxic parent.

Mengelola hubungan dengan orang beracun dalam hidup kita, misalnya teman, kerabat. Kita cukup membatasi atau menghentikan interaksi dengan orang tersebut. Namun bagaimana, jika orang tua sendiri? 

Sebelum mencari solusi, kita kenali dulu karakter toxic parent.

Apa itu Toxic Parent?

Toxic parent sering disebut orang tua beracun, ini bukan bahasa yang sering digunakan dalam dunia medis. Namun, orang tua beracun adalah istilah umum untuk orang tua yang menunjukkan beberapa atau semua karakteristik kurang baik, terutama dalam pengasuhan anak.

Menurut beberapa sumber ada banyak karakteristik yang menunjukkan orang tua itu beracun dalam mendidik anak.

1. Orang tua tidak peduli kebutuhan anaknya

Orang tua tidak hadir secara emosional, dia terlalu narsis atau mementingkan diri sendiri. Mereka tidak peduli apa yang dibutuhkan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun