Kita tunda dulu ya, Bu. Semoga sebelum expayed, kondisi Mimi membaik," kata perawat. (Artikel sebelumnya.
Hari ke-13 puasa Ramadan, saya masih di rumah sakit. Sebetulnya tidak ada yang bisa dilakukan di ruang tunggu selain menunggu panggilan dari perawat dan berdoa untuk kesembuhan Mimi.
Tanggal 25 April 2021, selepas buka puasa, salat Magrib. Entah mengapa saya membaca surat Yasin sambil menangis. Pikiran hanya tertuju ke pembaringan di ruang ICU yang tertutup kaca bening.
"Ke ruang ICU yu, Fir!" ajak saya kepada adik laki-laki yang baru datang dari Cirebon mengambil plasma.
Ternyata plasma tidak bisa terpasang karena kondisi Mimi semakin memburuk.
"Saya boleh bicara sama Mimi, Suster!"
"Boleh, Mimi sadar terus, hanya nafasnya berat."
Spiker yg ada di tangan perawat saya pegang.
Perawat di dalam ruangan Mimi menyimpan spikernya di samping telinga Mimi.
"Mi, Teteh dan anak mantu semua, cucu-cucu, mohon maaf atas semua kesalahan. Semangat ya Mi, banyak dzikir. Kami selalu ikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan Mimi."
"Bu ... ayoo tuntun "La Ilaha Illallah, " ujar perawat yang sejak tadi ada di samping.
Dengan derai air mata saya bacakan lafaz "La Ilaha Illallah, La Ilaha Illah, La Ilaha Illah" bersama kedua adik secara berulang-ulang.