Sibling rivalry atau persaingan antarsaudara kandung semakin meningkat di masa pandemi. Hal ini disebabkan seringnya mereka bertemu. Sibling rivalry ditandai dengan perkelahian, baik berupa ejekan, teriakan, cemburu dan lain sebagainya.
Contohnya anak saya yang sudah besar-besar. Setelah semua dikerjakan dari rumah, saya sering mendengar teriakan, cekikikan, dari ruang depan. Terkadang teriakan dari halaman belakang seperti masa-masa kecilnya dulu. Semakin banyak waktu dihabiskan bersama, mereka juga semakin sering bertengkar.
Berbeda dengan sebelum pandemi. Mereka akan sibuk dengan kegiatan di sekolah, les atau klub olahraganya. Kami berkumpul menjelang Magrib dalam keadaan semua lelah. Tidak ada waktu dan energi untuk teriak.
Drama yang sering mereka tayangkan adalah masalah makanan, perebutan posisi dan ketidakadilan. Seperti pagi itu. Panggung yang mereka pakai, dapur. Tempat saya bekerja, hehe kerja masak.
"Ini martabak bagianku!" teriak kakaknya
"Berdua toh, Mbak!" pinta adiknya.
"Tadi malam adik sudah makan banyak lho, ini bagianku."
Mendengar dua kakak adik yang beradu mulut. Saya menahan diri untuk tidak komentar karena ingin tahu bagaimana mereka menyelesaikan masalah martabaknya.
"Adik rakus!"
"Mbak pelit!"
"Rakus!"