Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang lain Posting Pencapaian, Jangan Sewot, Lakukan Hal Berikut!

18 Maret 2021   15:49 Diperbarui: 19 Maret 2021   12:03 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai sahabatku yang berbahagia,

Semoga teman-teman yang berada di tengah hiruk pikuk komentar tidak sedap di dunia tidak nyata, tetap bahagia, jernih menanggapi. Seperti Dewa Kipas yang menanggapi cuitan dari kubu GothamChess atau Levy Rozman. "Curang teh naon?"

Sama, saya juga gak tahu curang teh naon. Baiklah karena tidak tahu. Saya ingin berbagi yang lain saja. Kembali ke judul.

Dunia semakin maju, teknologi makin canggih. Kita tentu mengikuti dan menikmati kecanggihan tersebut. Banyak di antara kita termasuk saya posting foto, tulisan, keberhasilan. Boleh-boleh saja, jangan sewot. Kita harus bijak menanggapi dan memahami realita yang maya artinya tidak nyata.

Seperti cerita teman waktu itu. Dia posting tentang opininya, intinya dia menganggap kalau posting pencapaian di Medsos sama saja meremehkan orang lain. Ternyata mendapat reaksi yang kontra, tidak sepaham dengan opininya.

"Mbak, ketika posting pencapaian, di benak kita kan ingin menunjukkan kita mampu, itu namanya sombong," ujarnya saat itu.

"Trus?" tanya saya tanpa komentar banyak.

"Secara tidak langsung, juga meremehkan kemampuan orang lain," ujar dia lagi.

"Hmm ...  dunia maya tidak akan ramai kalau tidak diisi postingan, kita jadikan motivasi saja," sahut saya. 

"Ya gak bisa ....!" Bla ... bla ... dia berusaha menguatkan opininya.

Selama ini saya pernah posting tempe bacem di WAG, tetapi tidak ada yang salah dalam coption. Komentar yang lain menyenangkan, bahkan sering jadi bahan lelucon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun