Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mengambil Teladan dari Tokoh yang Tidak Mau Disogok, Artidjo Alkostar

2 Maret 2021   12:54 Diperbarui: 2 Maret 2021   13:18 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri telah kehilangan anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Artidjo Alkostas berupa kematian. Nama Almarhum Artidjo Alkostar sudah tidak asing lagi bagi masyarakat terutama yang ssering mengikuti perkembangan kasus korupsi di negeri tercinta ini. Banyak kasus korupsi yang telah ditanganinya; Luthfi Hasan Ishaaq, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Akil Muchtar. Yang paling melekat di benakku ketika kasus Angelina Sondakh.

Bukan karena dia politisi Partai Demokrat, tetapi dia seorang ibu muda. Jika seorang ibu melakukan kesalahan, dampak bukan saja terhadap karirnya, perkembangan anak-anak akan berpengaruh besar. Uang ternyata telah menggelapkan cahaya yang lahir dari rahimnya. Semoga kita terhindar dari gelapnya dunia.

Bagi Artidjo Alkostar, tidak ada toleransi bagi para koruptor di negeri ini karena korupsi kejahatan yang merugikan seluruh rakyat. Dia juga kerap menambah hukuman bagi para pelaku korupsi yang masuk ke kategori luar biasa, itu sebabnya sosok Artidjo menjadi momok menakutkan bagi para pelaku korupsi. karena ketakutannya bahkan ada sejumlah terdakwa yang mencabut permohonannya jika tahu Artidjo yang menanganinya.

Mahmud MD, guru Besar Fakultas UII yang pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi RI, 2008-2013 mengatakan di buku "Sogok Aku, Kau Kutangkap,""Jangan pernah berpikir, siapapun bisa mempengaruhi Artidjo untuk melenceng dari penegakan hukum dan keadilan. Palunya selalu menggelegar, menghantam pelaku kejahatan yang masuk ke mejanya untuk diadili."

Walaupun Artidjo Alkostar garang terhadap para koruptor, tetapi beliau adil dalam memberi hukuman. Beliau memberikan hukuman sesuai fakta yang sesungguhnya. Seperti kasus Hendra seorang office boy yang tiba-tiba diangkat menjadi direktur dan terlibat korupsi. Berdasarkan fakta, Hendra tidak bersalah dan dibebaskan oleh Hakim Agung Artidjo.

Pada tahun 2014 Artidjo mengatakan kepada kompas.com, "Putusan pengadilan harus bisa memberikan pencerahan bagi masyarakat, yang itu memberi harapan supaya masa depan tidak suram."

Sosok pemimpin, kita bisa melihatnya dari almarhum Artidjo Alkostar. Keadilan, kejujuran, disiplin, sederhana, integritas, teguh, tegas, itu yang bisa diambil darinya. Kita tidak perlu menunggu menjadi pemimpin atau memiliki pekerjaan bagus untuk menjadi jujur dan adil.

Pemimpin memiliki pengertian yang sangat luas, bisa pemimpin dalam suatu organisasi, pemimpin keluarga, pemimpin pemerintahan. Namun, pemimpin terkecil adalah diri sendiri. Kita menjadi pemimpin untuk diri kita.

Allah Swt., telah memerintahkan untuk berbuat adil, seperti dalam Al-qur'an Surat Nahl ayat 90 yang artinya, "Sungguh Allah memerintahkan (kamu) untuk berbuat adil dan berbuat baik."

Meninggalnya tokoh keadilan seperti Artidjo Alkostar bukalah suatu perpisahan, aku bagi apa kata Ustadz Omar Mita :

"Kematiah bukanlah perpisahan. Perpisahan yang sebenarnya adalah ketika yang satu ke syurga dan yang satunya ke neraka." (Ustadz Omar Mita)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun