Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Kaya Berawal dari Recehan

20 Januari 2021   13:32 Diperbarui: 20 Januari 2021   14:21 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Hai Diary,

Aku ingin cerita apa yang terjadi ketika Minggu pagi di tempat publik.

Seperti biasa, hari Minggu pagi aku selalu olah raga bersepeda bersama Mas suami keliling kampung. Dia sih memakai motor kesayangannya karena belum punya sepeda dengan modifikasi.

Pagi itu aku ingin olah raga ke arah kota sekalian pulangnya belanja sayuran.

"Gak usah bawa sepeda lah, naik mobil saja!" saran Mas Suami.

Ya ... begitulah kalau ke kota Mas suami sering bawa mobil hasil modifikasi. Selain tidak memiliki SIM Motor, jaga gengsi juga, jauh-jauh ko pakai motor roda tiga, tambah satu roda gak masalah juga kan? Sudah ada free atap, bonus tidak kehujanan tidak kepanasan. 

Begitulah sifat manusia terkadang selalu menjaga penilaian, menjaga citra demi mempertahankan status. Hu-uy pakai sepeda, pakai motor, status tetap "Menikah", maksudnya status sosial. Sebetulnya bukan itu yang jadi permasalahan Mas Suami ke kota bawa kendaraan roda empat.

Aku kasih bocoran ya diary, Mas Suami itu kan difabel tanpa kedua tangan dan hanya memiliki satu kaki kiri saja, nah jika jarak  jauh menggunakan motor khawatir hilang keseimbangan.

Memiliki si putih ini juga hasil perjuangan belasan tahun, kita kerja keras menabung demi kesejahteraan keluarga. Walaupun kami keluraga difabel jangan sampai merepotkan orang lain, kita harus benar-benar mandiri. 

Namun sayang, sebagian orang berpikir kalau difabel itu menyedihkan, harus dikasihani, selalu meminta. Misalnya saja waktu Minggu pagi, ketika olah raga di taman, Mas Suami keluar dari mobilnya dan berdiri menyandar di pintu.

Dari jauh sesekali aku melihat Mas Suami yang selalu setia mengantar olah raga. 

"Lihat, Mah!" kata Mas Suami mengacungkan uang recehan ke arahku tatkala selesai jogging.

"Heheh uang dua ribu, dari mana, siapa yang ngasih?" tanyaku penasaran.

"Ada orang ngasih tadi, sudah kutolak," ujar Mas Suami singkat. Aku tahu dia ingin menceritakan lebih banyak, tapi sudahlah itu rezeki.

Kejadian seperti ini sudah sering terjadi, aku tidak bisa menyalahkan mereka yang memberi. Mereka sudah berbaik hati memberi, sekecil apapun yang mereka beri Insya Allah akan mendapat pahala yang melimpah. Aku pun tidak bisa memakai uang tersebut. Disalurkan kembali kepada orang yang benar-benar mengemis di pinggir jalan akan lebih berfaedah.

Salam hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun