Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Sumpah Pemuda, Anak Muda Berjiwa Patriotisme

29 Oktober 2020   09:37 Diperbarui: 30 Oktober 2020   09:21 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." (Ir. Soekarno)

Kita semua tahu Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928, melahirkan ikrar Sumpah Pemuda. Di mana, ini menjadi titik balik perjalanan bangsa Indonesia menuju Kemerdekaan. Perpecahan para pemuda sebelumnya adalah salah satu hambatan Indonesia untuk bebas dari penjajah.

Sudah 92 tahun silam Sumpah Pemuda diikrarkan,  sepantasnya Indonesia melahirkan para pemuda yang memiliki jiwa Pancasila. Untuk melahirkan para pemuda yang memiliki nilai-nilai kebajikan; petriotisme, keadailan, kejujuran, kontribusi sosial, diperlukan pendidikan dan pendekatan terhadap anak sebagai pemegang tongkat kemerdekaan.

Nilai kebajikan tidak hanya dapat dipelajari di kelas dengan pelajaran PKn dan mendapatkan nilai A, teori yang lancar. Menurut Vittorino da Feltre seorang tokoh pendidikan Italia abad ke-15 "Tidak semua orang wajib unggul dalam filsafat, ilmu kedokteran, ilmu hokum; tidak semua orang diberi karunia yang sama oleh alam; namun semua orang ditakdirkan untuk hidup dalam masyarakat dan mempraktikan kebajikan." (Ellen,126).

Sementara nilai kebajikan harus diajarkan sejak masa anak-anak, bahkan dalam Islam, kebajikan diawali dari perilaku orang tua terlebih dahulu. Pemberian makanan yang halal kepada bayi sejak dalam kandungan hingga besar dididik sesuai ajaran Islam.

Charlotte juga berpendapat bahwa ajaran agama menjadi rujukan tertinggi mengenai hidup bermoral. Taatlah kepada pemerintah, namun lebih takutlah kepada Tuhan. Setiap anak harus memahami ajaran-ajaran agama sebagai fondasi kehidupan. Dalam agama kita diajarkan persatuan, perdamaian, kasih sayang, nilai-nilai kebajikan. Semua pertama kali diajarkan dalam keluarga.

Selain belajar agama, seorang anak muda juga harus disiapkan menghadapi kenyataan bahwa dunia remaja, dunia masyarakat luas akan penuh dengan berbagai gagasan, opini tentang agama, politik, perdagangan yang berbeda. Namun, kita jangan mengajarkan atau memaksa untuk masuk kepada opini, gagasan orang lain. Kita semua tahu anak muda sangat labil dan mudah masuk ke kubu lain yang menyesatkan. Untuk itu, Charllote menekankan  prinsip masterly inactivity. Ajarkan anak muda dengan  prinsip-prinsip hakiki dari segala hal dan biarkan anak membentuk opininya sendirinya. "Hanya lewat sikap pasif yang bijak dari orang tua, anak bisa dilatih untuk menghormati nuraninya sebagai raja." (Ellen, 129).

Untuk memiliki jiwa patriotisme. Orang tua dan guru harus bekerja sama memperkenalkan para pahlawan bangsa yang telah berjuang untuk kemerdekaan. Teladan-teladan para pahlawan, anak perlu membacanya, karena di balik cerita history yang tersusun, ada karakter dan sikap kepemimpinan yang bisa dijadikan teladan.  

Dari pengetahuan seperti itu, kita berharap anak  bisa bersimpatik tentang pergulatan para pahlawan melawan penjajah, lalu kita bisa menarik anak muda ke masa sekarang. Masa sekarang bukan lagi berjuang dengan perang. Masa sekarang anak dipersiapkan untuk menjadi warga negara yang berguna, bertanggung jawab.  Saya merekomendasikan buku biografi Ir. Soekarno, Beliau pahlawan yang paling berpengaruh di Indonesia. Isi pidaton yang sangat menginpirasi anak muda di masanya. Bahkan sampai saat ini isi pidatonya sebagai pembakar semangat generasi sekarang.

Yuuu kita membesarkan anak bukan sekadar untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus kelak, tetapi juga menjadi cinta akan tanah airnya. Seorang pemuda dengan semangat yang berkobar penuh rasa patriotisme mampu membela Negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun