Mohon tunggu...
Sri Rahayuni
Sri Rahayuni Mohon Tunggu... Guru - Womanprener

Aku berfikir maka aku berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajak Kita: Aku Adalah Aku, Menjadi Diriku yang Penuh dengan Pilu!

18 Februari 2020   00:11 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:54 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku jadi seorang pemberontak, pemberani, aku banyak bergaul dengan teman-teman diluar, aku mulai banyak digemari oleh teman-teman sepergaulanku, aku benar-benar berubah 360 derajat, yang masa SD aku pendiam, di masa SMP aku cerewet dan banyak bergaul. Namun dimasa inilah orangtua mulai cemas akan pergaulan diriku.

Mulai banyak kekangan dari orangtua dan Kakak. orangtuaku mengira aku nakal, aku anak yang bandel karena sering main-main dan motor-motoran, kumpul-kumpul bersama teman-teman. Tapi disisi lain aku juga membuktikan kepada mereka bahwa aku bisa berprestasi, aku bisa seperti kakak, aku berhak meminta apa yang aku inginkan, aku berhak merasakan kasih sayang tanpa kekangan keluargaku, aku tak mau dibeda-bedakan, aku buktikan dengan mendapat juara kelas dan mengikuti banyak perlombaan di organisasi. 

Dan dikelas aku selalu masuk struktur strategis, seperti sekretaris,atau bendahara, sainganku selalu berat, mereka yang mempunyai paras cantik dan pintar selalu menjadi sainganku dalam hal percintaan maupun prestasi, dan aku tak mau kalah dengan mereka. Masa SMP adalah masa yang penuh dengan tantangan baru, Sempat ada moment dimana setiap kelas ada saja yang menggemariku. Ini sungguh lucu.

Ketika memasuki masa SMA, kedua orangtuaku memutuskan aku untuk di ke pesantrenkan, dengan alasan mereka tak ingin aku nakal, mereka ingin aku menjadi ustadzah, menjadi anak yang solehah, menjadi tokoh dan penerus dikampungku. Namun pemikiranku saat itu masih sempit, aku mengira bahwa mereka tak sayang kepadaku, mereka sengaja membuangku ke pesantren. 

Masa SMPku tak pernah banyak cerita ke keluarga tentang bagaimana aku, keinginanku, masalahku, karena mereka tidak pernah mempertanyakan ini, yang mereka nilai hanya melihat dari keseharianku yang sering main keluar dan menjudge kalo aku nakal. sehingga pada akhirnya dimasukanlah aku ke pedantren. 

Aku sangat sering mengalami tekanan batin di pesantren, aku sering jatuh sakit dan mengalami baanyak berbagai penyakit, hingga suatu ketika aku mengalami jatuh sakit yang tidak ada harapan lagi, sakit yang sangat parah. 

Di pesantren aku juga pernah disakiti oleh salahsatu perempuan, gara-gara seorang lelaki. Dan apa yang perempuan itu perlakukan kepadaku membuatku tenggelam kepada rasa sakit yang sangat dalam, hingga aku merasa sangat terpuruk di pesantren, dan aku sangat benci sama perempuan itu. Namun dibalik rasa sakit dan masalah yang slalu aku hadapi slalu ada saja seseorang yang dapat membuatku bangkit. 

Aku tetap merasa mempunyai bapa di pesantren, aku punya kyai yang baik hati, slalu mensuport aku hingga menyadarkanku. Dan seiring berjalannya waktu aku mulai sadar, bahwa dengan dimasukannya aku kepesantren, aku sadar itu adalah bukti sayang dan cinta kedua orangtua kepadaku. 

Saat itu aku sering menelpon dan sering menangis meminta maaf kepada mereka. Dan aku mulai bermuhasabah, memperbaiki diri, dan mencari jati diriku yang sebenarnya, aku mulai banyak menjalin komunikasi baik dengan kedua orangtuaku, sehingga hubungan emosionalku dengan mereka sudah terjalin dengan baik. 

Aku merasakan cinta dan kasih mereka lewat perkataan dan perbuatan mereka, bagaimana mereka memberikan apa yang aku inginkan, datang dan merawat ketika aku jatuh sakit dipesantren, aku berfikir mungkin dengan cara sakit ini aku bisa merasakan kasih mereka yang begitu besar pedulinya terhadapku. Aku dipesantren menjadi orang yang baik, pendiam, namun dengan mudah bisa membuka komunikasi dan hidup berorganisasi dengan yang lain. Aku rasa kehidupanku sudah mulai tentram.

Memasuki masa kuliah, aku mulai bertanya kembali siapa aku sebenarnya?? Dan aku mempunyai target-target hidup yang harus aku gapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun