Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... PNS - Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sederhana, Berjuta Makna

22 Desember 2017   20:43 Diperbarui: 22 Desember 2017   20:46 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat masih kecil, aku merasa iri dengan temna-temanku yang ditawari hadiah oleh orangtuanya saat mendapat ranking di kelas. Sedangkan aku yang sering dapat juara kelas tidak pernah sekalipun diberi hadiah oleh ibuku. Kadang aku ingin sekali meminta hadiah kepada ibu dan saat memintanya ibu selalu bilang jika nanti punya uang ibu akan membelikanku hadiah. Aku pun langsung diam dan tidak merengek-rengek pada ibu lagi sambil berharap ibu akan segera punya uang untuk membelikanku hadiah.

Seiring berjalannya waktu, aku pun menyadari jika keadaan orangtuaku tidak seperti sebagian dari teman-temanku. Ya karena keluargaku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Orangtuaku harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan uang yang dihasilkan kadang hanya cukup untuk makan. Sejak itulah aku memilih memendam keinginanku untuk meminta hadiah dari ibu. Meskipun aku sering mendapat ranking di kelas.

Aku sadar ibu telah memberikan hadiah yang sangat berharga yaitu doa dan kasih sayang. Tanpa doa dan kasih sayang dari ibu aku tidak mungkin bisa menjadi seseorang seperti sekarang ini. semua yang aku dapatkan sekarang adalah berkat doa ibu. Sebuah doa ya itulah hadiah sederhana yang ibu berikan kepadaku dan selalu mengiringi langkahku. Aku yakin aku bisa kuliah dan akhirnya mendapat pekerjaan itu berkat doa ibu.

Dulu, untuk bermimpi kuliah saja aku tak berani karena rasanya hal itu mustahil bisa aku lakukan. Tapi ternyata Tuhan memberikan kemurahan-Nya dan memberikan aku kesempatan untuk merasakan bangku kuliah. Aku yakin sekali itu semua berkat doa dari ibu.

Seingatku ibu memang tidak pernah memberiku hadiah, paling mentok ibu membelikanku baju waktu lebaran. Itu pun terakhir kali pas aku masih kelas 6 SD. Ya aku sadar, jika keluargaku memang bukan keluarga yang berlimpahan materi. tapi aku selalu bersyukur dilahirkan dari orangtua seperti ibu yang selalu mengajarkanku tentang ketulusan dan kesabaran. Meski ibuku tidak pernah mengucapkannya secara langsung untuk mengajariku, tapi aku belajar dari sikap ibu yang pantang menyerah. Ibu yang selalu sabar menghadapi sikap manja anak-anaknya dan ibu yang selalu tulus berjuang demi anak-anaknya.

Aku sadar jika hadiah itu, tidak harus selalu berbentuk materi. Karena doa dan kasih sayang itu jauh lebih berharga daripada hanya sebuah benda yang mungkin bisa rusak. Sedangkan doa dan kasih sayang ibu tidak akan mungki lekang oleh waktu. Doa ibulah yang mengantarkanku bisa menjadi seperti ini. aku yakin doa adalah segala-galanya. Dengan doa hal yang awalnya terlihat mustahil dan tidak mungkin bisa mungkin terjadi.

Doa dan kasih sayang adalah hadiah terbaik yang pernah kuterima dari ibu. Sebuah hadiah yang selalu aku bawa ke manapun aku pergi. Hadiah yang sangat berharga dan begitu bermakna. Hadiah yang selalu mengiringi langkahku ke manapun aku pergi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun