Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Artikel Sri Patmi: Waspada! Kenali Penyebab Manusia Bisu Diam Seribu Bahasa

29 Januari 2021   08:31 Diperbarui: 29 Januari 2021   08:36 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh : atasan yang mencurigai bawahannya menjadi maling di perusahaannya, prasangka dan dugaan ini tidak benar, akibat rasa percaya dan keyakinan dari atasan atas segala tuduhan, pada akhirnya ramalan tuduhan itu terbukti dan terlaksana. Padahal, awalnya si bawahan tidak memiliki rencana apapun terhadap pencurian harta asset perusahaan.

Nubuat yang dipenuhi sendiri juga berlaku untuk stereotip berikutnya. Misalnya Anda sudah menuduh bawahan Anda maling harta perusahaan, ia tersinggung, maka ia akan melakukan tindakan tersebut.

Misalnya orang Padangm dibilang pelit, ia tersinggung dan sebagai akibatnya ia tidak akan bermurah hati dengan Anda.


Prasangka

Konsep prasangka ini paling dekat dengan stereotip. Prasangka merupakan akibat kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda. Ian Robertson mengungkap bahwa pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental kaku yang meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Citra tersebut dinamakan stereotip.

  • Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin Praejudicium yang berarti preseden, atau penilai berdasarkan keputusan dan pengalaman terdahulu.
  • Richard W. Brisilin mendefinisikan prasangka sebagai sikap tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang.
  • Prasangka bersifat negatif dan positif. Wujud prasangka yang paling nyata dan ekstrim adalah diskriminasi.
  • Apa dampak buruk prasangka?
  • Breakdown communication atau gagal komunikasi dan gagal persepsi. Lebih parahnya akan disusul dengan perang dingin tanpa bicara bahkan diskriminasi ras.
  • Alurnya kan dimulai dari prasangka, berlanjut stereotip, muncul nubuat yang dipenuhi sendiri, kegagalan komunikasi, hilangnya hubungan sosial dengan manusia.

Gegar Budaya

Kalvero Oberg, gegar budaya (culture shock) ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial.

Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

  • P. Harris dan P. Moran, gegar budaya adalah trauma umum yang dialami seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena ia harus belajar dan mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai budaya dan pengharapan budayanya yang lama tidak lagi sesuai.
  • Bennet menyebutkan fenomena yang diperluas dengan sebutan transaction shock, suatu konsekuensi alamiah yang disebabkan ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan baru dan berubah dalam berbagai situasi, seperti perceraian, kematian dan lain-lain.
  • Gegar budaya tidak langsung dirasakan begitu saja. Adapun tahapannya melalui lima tahap dalam pengalaman transaksional yaitu kontak, disintegrasi, reintegrasi, otonomi, dan independensi.
  • Tahapan kontak berupa penerimaan stimulus indrawi dalam otak manusia.
  • Tahapan reintegrasi, meurut Adler, ditandai dengan penolakan atas budaya kedua.
  • Tahapan otonomi dalam transisi ini ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru dan kemampuan menyesuaikan diri dengan budaya baru itu.
  • Tahap independensi berupa sikap menghargai kemiripan dan perbedaan budaya bahkan menikmatinya.

Reaksi psikologis, sosial dan fisik yang menandai gegar budaya yaitu :

  • Kelelahan fisik seperti diwujudkan oleh kedongkolan, insomnia, gangguan psikosomatik
  • Perasaan kehilangan karena tercabut dari lingkungan yang kenal
  • Penolakan individu terhadap anggota-anggota lingkungan baru.
  • Perasan tak berdaya karena tidak mampu menghadapi lingkungan asing.

Berbagai penelitian empiris menunjukkan bahwa gegar budaya sebenarnya titik pangkal untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan budaya kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita sendiri.

Semoga dengan mengetahui konsep diri yang membentuk susunan komunikasi dapat berjalan lancar, manusia dapat mengerti kodratnya sebagai manusia.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun