Mohon tunggu...
Srining Widati
Srining Widati Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

ASN di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Yuk, Decluttering biar Tidak Pusing

1 Maret 2022   21:21 Diperbarui: 1 Maret 2022   21:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil decluttering, rumah jadi terlihat tertata rapi. sumber : foto dok pribadi

"Yakin mau ikut challenge ini? Tidak beli baju baru selama tiga bulan?" Agnes teman kantor mencoba meyakinkan kembali. Kubaca lagi ajakan dan komitment berikrar yang ditawarkan dari akun instragram yang aku follow. Pernyataan dari tanggal sekian hingga sekian tidak akan membeli baju baru.  "Apa peduli mereka? kalau kita mampu dan mau, itu kan urusan kita,  toh tidak merugikan siapa-siapa kan?" kembali Agnes beragumentasi.  Awalnya niat memfollow akun itu karena tertarik dengan hastag #MulaiDari Lemari.  Gerakan untuk  berkontribusi dalam mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil.

Tiga bulanpun berlalu dan bisa ditebak saya berhasil menyelesaikan tantangan.  Lah iyalah kalau gagal tidak akan menulis di sini. Sukses karena faktor pandemi? Memang Work From Home membuat kebutuhan baju kantor berkurang. "Kalau niat belanja sih dengan sentuhan jaripun bisa. Tinggal scrolling di marketplace, banyak  waktu luang kan?" kataku merasa menang.  Berhasil tidak tergoda untuk belanja  jadi prestasi. Bukan karena gaji bulanan habis untuk bayar pinjaman di bank.  Jadi ingat hutang yang dicicil  ke bank selama 5 tahun telah selesai tahun lalu. Alhamdulillah... Sebagai seorang istri yang punya  gaji bulanan sendiri lebih fleksibel mengatur belanja. Intinya bukan karena alasan tidak ada uang hingga tidak belanja.  Ada  dorongan kuat mengeremnya. Tidak beli baju baru, meskipun itu hanya kisaran puluhan ribu. 

 Hidup Minimalis

Berhasil menuntaskan challenge itu, mengusik keingintahuan lebih dalam tentang hidup minimalis. Tayangan youtube dari Joshua Fields Milburn dan Ryan Nicodemus yang mempromosikan gaya hidup minimalis. Kalau dari dalam negeri ada selebiti,  Raditya Dika, menarik disimak. Konsep hidup minimalis berarti menjalani hidup dengan barang sesedikit dan sederhana mungkin, namun dapat bermanfaat secara maksimal. Prinsip  less is more. Sedikit berarti lebih. Dengan sedikit barang yang memang hanya yang kita butuhkan.

Gaya hidup minimalis  meninggalkan sikap boros dan berlebihan, untuk hidup yang lebih simpel namun berkualitas. Beberapa referensi menyebutkan hidup minimalis memberikan manfaat diantaranya ada ruang untuk hal yang lebih penting, mengurangi beban pikiran, dapat lebih fokus pada hobi dan kesehatan, mengurangi ambisi akan hal material, menghemat lebih banyak uang. Ternyata banyak tokoh-tokoh sukses dunia yang secara langsung atau tidak langsung menerapkan esensi gaya hidup minimalis. Mereka adalah Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Alm, Bob Sadino.

 Decluttering

Decluttering berarti menyingkirkan barang/benda apa saja yang tidak kita butuhkan. Untuk mengukurnya bisa dilihat dari seberapa sering  menggunakannya. Barang yang sering kita gunakan seharusnya diletakkan di tempat yang mudah terjangkau, dekat dengan aktifitas kita.  Sedangkan untuk barang-barang yang tidak  kita gunakan lebih dari 3 bulan perlu difikirkan kembali. Apakah memang masih akan kita gunakan? atau akan lebih bermanfaat jika diberikan orang lain? Atau justru disingkirkan/dibuang. Dengan membatasi barang yang dimiliki, seseorang akan dapat lebih percaya diri karena bisa lebih fokus pada hal-hal yang dapat mengembangkan dirinya.

Marie Kondo, penulis buku dari Jepang mengajarkan agar kita hanya menyimpan barang-barang yang membuat kita joyfull (merasa gembira). Bagaimana caranya? Sentuh dan bayangkan apakah ada rasa happy saat kita memakainya. Jadi  mulailah memilih dan memilah baju, mana yang akan disimpan atau disingkirkan. Tak sabar menanti hari untuk memulai.

Tibalah saat akhir pekan, semangat empat lima menggelora di dada. Target pertama  lemari pakaian saya. Membuka lebar semua pintu almari baju. Nampak jelas  tumpukan baju berjejal tak beraturan.  Kapan terakhir memakai baju-baju itu? Seminggu, dua mingggu, sebulan, setahun atau bahkan sudah puluhan tahun lalu  ada baju yang belum dapat giliran. Bahkan ketemu baju baru yang lupa kapan belinya. Sama sekali belum pernah dipakai, masih lengkap dengan merek dan bandrol harga.

Seandainya saja bisa bicara,  baju-baju itu pasti akan menggerutu.  Berteriak kapan aku diajak pergi, keluar dari tempat yang semakin sesak ini?  Tumpukan baju yang teronggok di dalam masih bercampur. Baju yang tidak muat alias kesempitanpun masih dipertahankan. Berharap suatu saat nanti pemiliknya bisa mengenakannya kembali. Meskipun kenyataan lingkar badan semakin membesar dan melebar.  Pandemilah yang paling mudah disalahkan. Mengapa pertumbuhan badan makin mengembang.

Usai lemari baju, sasaran berikutnya mulai melihat rak isi sepatu. Benar saja  sepatu yang tersimpan itu sudah zaman kapan.   Sudah pasti tidak terpakai lagi. Kami mengeluarkan dan memisahkan. Mana yang masih layak dikasihkan orang atau dibuang. Lanjut  membereskan dapur.  Kemarin-kemarin, di saat genting  kita dibuat pusing sulit mencari dan menemukan gunting. Padahal rasanya beli gunting berkali-kali.  Ternyata  dalam operasi itu kami berhasil  menemukan 7 buah guntin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun