Mohon tunggu...
Sri AdelliaMunaff
Sri AdelliaMunaff Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Campur Tangan untuk Petani Cabai

16 Januari 2019   20:31 Diperbarui: 16 Januari 2019   20:35 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani cabai (foto: republika.co.id)

Fenomena aksi petani membuang cabai di jalan beberapa hari lalu adalah isyarat jelas dibutuhkannya campur tangan pemerintah untuk menstabilkan harga cabai di dalam negeri.

Baik petani dan pemangku kepentingan lainnya di bidang itu berharap, Kementerian Pertanian dan Badan Urusan Logistik menyerap produk hortikultura, seperti halnya pemerintah menyerap produksi tanaman pangan. Keberadaan agen yang memastikan penyerapan produk tanaman hortikultura seperti cabai itu, akan membuat harga jualnya stabil. Tidak fluktuatif seperti sekarang ini.

Oktober 2018 lalu, naiknya harga cabai membuatnya jadi penyumbang terbesar inflasi saat itu. Memasuki awal tahun 2019, justru harga cabai mendadak jatuh hingga berujung terjadinya aksi buang cabai di jalan oleh petani di Demak.

Sementara itu berdasarkan pemantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga cabai di tingkat eceran masih menunjukkan tren penurunan. Rata-rata tiap jenis cabai, harganya turun Rp 100--- Rp 1.450 per kilogram.

Selain itu, campur tangan aktif pemerintah juga bisa membantu para petani mengatur pola tanam sehingga tidak terjadi overproduksi, yang menyebabkan jatuhnya harga. Apabila cabai dianggap sebagai komoditas strategis, maka pemerintah juga bisa menetapkan harga pembelian seperti halnya beras, telur, dan jagung.

Karena harus diakui, posisi cabai sebagai produk strategis memang masih ranah perdebatan. Ia tidak bisa begitu saja diabaikan. Karena bila terjadi kenaikan harga cabai, ibu-ibu di pasar akan jadi ramai.

Di luar dari rencana penataan produksi cabai, pemerintah juga mesti menelisik alasan terjadinya fluktuasi harga cabai yang signifikan dan merugikan petani. Karena di Demak kemarin, harga cabai setempat anjlok dari Rp 20.000 menjadi Rp 7.000 per kilogram. Penurunan drastis ini mencurigakan.

Tidak berlebihan juga bila Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri menyelidiki penyebab anjloknya harga cabai. Karena ada pengalaman beberapa waktu lalu ketika harga cabai mencapai Rp 20 ribu per kg, terjadi penghentian pasokan ke pasar induk sehingga harga jualnya melonjak jadi Rp 40 ribu per kg. Padahal cabai itu dibeli dari petani dengan harga di bawah Rp 20 ribu. Ada indikasi kuat terjadi permainan pasokan di sana. Hal serupa pernah terjadi ketika panen kentang di Dieng, Jawa Tengah yang berimbas petani merugi.

Campur tangan pemerintah terkait harga cabai, sebenarnya suah dicontohkan dalam skala regional, yakni oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ketika harga jatuh seperti kemarin, ia menginstruksikan para aparat sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintah provinsi Jawa Tengah memborong cabai petani demi menjaga mereka dari kerugian. Kalau di tingkat daerah sudah dipraktikkan, tinggal menunggu keberanian dari Kementan pusat untuk ikut menerapkannya.

Sumber dari beritasatu.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun