Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance online

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Presidensi G20 Usung Tema "Recover Together, Recover Stronger", Pentingnya Indonesia Maju melalui Investasi Hijau

1 Agustus 2022   00:35 Diperbarui: 1 Agustus 2022   00:45 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tema Presidensi G20 Indonesia : Recover Together, Recover Stronger (sumber : www.kompas.com)

Mungkin sebagian dari kalian pernah mendengar berita tentang kenyataan bahwa hingga hari ini Indonesia masih melakukan impor beras. Ya, ini sebuah fakta yang terkadang membuat sebagian orang tidak habis pikir.

Bagaimana tidak, negara yang digaungkan terkenal subur dan berlimpah akan kekayaan alamnya, masih belum bisa berdiri sendiri untuk menyuplai kebutuhan pangan pokok hampir sebagian besar masyarakatnya, yaitu beras.

Gaung tentang kesuburan tanah Indonesia, bahkan sampai dijadikan lagu oleh musisi kenamaan Indonesia, Koes Plus yang berjudul “Kolam Susu”. Lagu ini menggambarkan betapa suburnya negeri ini, sampai jika pun menanam tongkat kayu pun akan berubah menjadi tanaman. Salah satu penggalan liriknya yang cukup mengena, yaitu:

  

Orang bilang tanah kita tanah surga, 

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Indonesia diketahui memiliki 26 juta hektar lahan pertanian dan lahan agrikultural seluas 68,3 juta hektar. Jika dipersentasekan sekitar 33 persen dari total keseluruhan wilayah darat Indonesia. Namun, fakta ini tidak menunjukkan hasil produk pertanian sebagaimana mestinya. Terbukti dengan impor beras yang masih terus berjalan dari tahun ke tahun.

Dilansir dari berbagai sumber, alasan di balik impor beras yang dilakukan oleh Bulog lantaran untuk menjaga stok gudang yang menipis. Di mana aturannya, setidaknya harus ada stok minimal 1 juta ton beras di sana. Kebutuhan stok ini tidak terpenuhi dari produk beras dalam negeri sehingga solusi permasalahan pun beralih dengan impor beras.

Namun, apakah worth it jika melakukan impor beras terus-menerus? Karena pastinya perlu dana yang tidaklah sedikit untuk melakukan impor beras dari negara lain ke Indonesia. Apalagi dilakukan secara berkelanjutan.

Jawabannya tentu bisa berbeda-beda dari masing-masing orang. Namun, jika kembali pada kenyataan bahwa Indonesia memiliki lahan potensial untuk tumbuh kembang industri pertanian dan agrikultural, tentunya juga layak untuk didayaupayakan.

Sudah saatnya Indonesia mulai melakukan investasi hijau, yaitu investasi yang berfokus pada aspek-aspek lingkungan, sosial dan tata kelola guna menjaga keberlangsungan ekonomi. Terutama untuk mengoptimalkan pertanian di Indonesia agar lebih produktif dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Yang mana efeknya tentu bisa jangka panjang jika berhasil terlaksana dengan baik.

Investasi hijau di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2009 dengan menggunakan instrumen berbasis ESG (environment, social and government). Ada juga yang menyebutkan jika permulaan investasi hijau di Indonesia berawal dari instrumen pembiayaan Green Sukuk yang dikeluarkan pemerintah.

Kini dengan diadakannya Presidensi G20 2022 yang digelar di Indonesia kali ini, ada beberapa manfaat yang tak bisa dianggap remeh. G20 akan mendorong tiap negara untuk merencanakan dan mengkalibrasi exit plan ekonomi dengan baik guna melindungi negara-negara berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun