Mohon tunggu...
Sri Magfirah Asyuni
Sri Magfirah Asyuni Mohon Tunggu... Administrasi - Silent Reader

Penulis diary, pembaca bebas, pemuja sains, pencinta lanskap, penikmat film, penyuka kopi, perindu syurga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gajah, Ikan dan Rantai DNA

9 Oktober 2021   19:44 Diperbarui: 9 Oktober 2021   19:58 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Protein Penyusun Rantai Heliks Ganda Sang Guru (dokpri)

Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah kerabat dekat keluarga, seorang yang saya gelar dengan "sang guru".  Awalnya kami hanya bercakap biasa, layaknya dua orang yang saling kenal.  Bertanya kabar, saling melempar canda dan mengalirlah cerita-cerita yang bagi seorang seperti saya, menjadi cerita yang mahal. Karena, setidaknya ada tiga hal yang menjadi pengetahuan baru untuk saya hari itu.

Di tengah perbincangan sore yang hangat, tidak sengaja mata kami tertuju pada layar 25 inch yang menyiarkan seekor gajah yang sedang terjebak lilitan kawat di hutan.  Perilakunya yang tidak berhenti menghentak-hentakkan kakinya ke tanah membuat saya penasaran.  Bagi saya, perilaku ini sama skali tidak membantunya untuk lepas dari lilitan kawat.  Melainkan hanya menghabiskan energi dan membuatnya semakin lemah. 

" Ahhh gajah itu akan mati lebih cepat karena kehabisan energi jika ia tidak berhenti menghentak kakinya".  Ujar saya.  Sang guru tersenyum, beliau lalu menjelaskan tentang perilaku mamalia itu.

"Menghentakkan kaki ke tanah menghasilkan suara dengan frekuensi rendah yang menjadi salah satu cara gajah berkomunikasi dengan gajah yang lain.  Biasanya, hentakan kaki gajah menjadi sinyal minta tolong karena berada dalam bahaya ataupun  situasi sulit lainnya.  Atau memberi tahu pada kawanannya adanya potensi bahaya yang mengancam keselamatan kawanan yang lain".

Panjang lebar ia menjelaskan tentang itu, mengingatkan saya sedikit bab animals behavior di mata kuliah dasar ketika masih memakai almamater merah beberapa tahun silam.  Sang guru sepertinya membaca gestur saya yang masih terkagum-kagum dengan penjelasannya. Ia kemudian bertanya,

"Jika akan memanah ikan di dalam air, kapan saat yang paling tepat melepaskan anak panah? "

Dengan yakin saya menjawab, "ketika posisi ikan melintang di depan anak panah atau anak panah berada di belakang ikan ".  Asumsi saya, jika keadaannya seperti itu, ikan tidak bisa melihat arah datangnya anak panah.

Senyum sang guru semakin merekah dibanding sebelumnya, meyakinkan saya jika jawaban saya pastilah salah lagi.  Sang guru pun menjelaskan, bahwa ikan memiliki gurat sisi yang memungkinkan hewan ini mengetahui perubahan getaran dan pergerakan air di sekitarnya. 

Ketika anak panah dilepaskan, gurat sisi akan melakukan tugasnya memberi informasi adanya perubahan/perpindahan massa air dan ikan akan menghindar dari arah datangnya pergerakan anak panah. 

Jika posisi ikan melintang (horizontal) di depan anak panah, maka ikan akan mengubah arah gerakannya menjadi vertikal  sehingga anak panah dipastikan tidak akan mengenai sasaran. 

Jika posisi anak panah dibelakang ikan, maka gerakan ikan semakin fleksibel dan susah tertebak, sehingga kemungkinan anak panah tepat sasaran sangat kecil.  Dengan sedikit tidak sabar, saya mendesak sang guru memberikan jawaban yang benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun