Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, "Kreativitas Lulusan Covid"

28 November 2022   09:00 Diperbarui: 28 November 2022   09:09 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Kreasi Murid - dokpri

Bu Sofi, yang juga mengajar kelas VIII dan IX, mengakui bahwa Kurikulum Merdeka yang diterapkan dengan tepat, hasilnya adalah murid murid yang kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Dibanding murid murid kelas VIII dan IX yang belum melaksanakan Kurikulum Merdeka, anak anak kelas VII lebih cepat bergerak, bekerja dan berkolaborasi melaksanakan tugas yang diberikan guru. 

Beliau sering dicurhati mereka yang merasa iri karena adik kelas mereka banyak melakukan kegiatan yang menarik. Para kakak kelas ini ingin mendapatkan model pembelajan yang sama seperti adik kelasnya. 

Menurut Bu Sofi, kunci sukses kegiatan mereka adalah kebebasan berkreasi bagi murid dan guru. Dalam hal pembelajaran, guru hanya melakukan bimbingan dan pengawasan. 

Guru tak hanya bertindak sebagai guru, namun mampu terlibat dan terlihat sebagai orang tua dan teman. Guru harus membaur sehingga anak merasa nyaman dan aman. Itulah sebabnya beliau tadi ikut berjoged dengan anak anak. 

Walaupun berbaur, anak anak tetap menghormati gurunya. Saat kami berbincang, ada 4 murid yang mendekat membawa buket bunga. Sambil terisak, salah satu dari mereka memberikan buket itu kepada Bu Sofi sambil mengucapkan terimakasih atas bimbingannya sehingga bisa tampil membawakan kreasi mereka (menurut anak saya banyak teman temannya yang memberikan hadiah kepada guru pembimbing sebagai tanda terima kasih). 

Perbincangan kami sesekali terhenti karena ada murid yang meminta sesuatu kepada Bu Sofi. Rupanya beliau juga memfungsikan diri sebagai sosok pelindung dan penjaga anak anak. Barang barang mereka dititipkan kepada guru Bahasa Jawa itu. 

Menurut Bu Sofi, sebenarnya resistensi dan rasa pesimis juga mewarnai penerapan Kurikulum Merdeka di SMPN 2 Salatiga. Pada awalnya beberapa guru enggan berubah sesuai tuntutan pembelajarannya. Adanya proyek proyek tematik dianggap menambah beban sehingga terjadi kekuatiran tidak tercapainya target nilai akademik. Namun Bu Mujiati (kepala sekolah SMPN 2 Salatiga) mampu meredam resistensi dan rasa pesimis para guru. Bu Mujiati berhasil memotivasi dan membuat para guru tetap berkomitmen dengan tugas mereka. 

Salah satu cara yang digunakan Bu Kepala Sekolah adalah membentuk tim guru yang bertugas membuat konsep kegiatan. Konsep tersebut kemudian diberikan kepada para guru yang bertugas sebagai koordinator kegiatan. Disini terlihat bahwa sejak awal kegiatan guru sudah berkolaborasi dalam memujudkannya. Tidak ada guru yang merasa 'sendirian' ketika melakukan tugasnya. 

3. Guru Magang yang 'friendly'

Ada lagi pihak yang secara tidak langsung berperan dalam keberhasilan kegiatan diatas; stake holder lain yang ada di lingkungan sekolah. 

Dalam pameran itu tampak beberapa mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang sedang magang di SMP tersebut. Mereka terlihat akrab dan hampir tak berjarak dengan murid murid; seperti teman, seperti kakak dan adik. Para kakak magang juga turut bergoyang bersama anak anak ketika alunan Trumpet- Narco dari Blasterjaxx dan Timmy dikumandangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun