Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemain Individual, Ulah Suporter Indonesia?

4 Juli 2022   10:25 Diperbarui: 4 Juli 2022   10:28 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldo Kwateh /Davao vao - kingpelangi.org

Sabtu malam lalu Timnas Indonesia U19 berlaga melawan Timnas Vietnam di Piala AFF U19. Laga berkesudahan 0-0 karena kedua tim tak mampu menjebol gawang lawan. 

Sebenarnya garuda muda kita mempunyai beberapa peluang emas untuk menjadi gol. Namun peluang tersebut terbuang percuma karena beberapa pemain  bermain individual, ingin membuat membuat prestasi tersendiri dengan mencetak gol. 

Mengapa pemain muda cenderung bermain invidual? 

Jika ingin instropeksi, suporter Timnas Indonesialah yang sebenarnya berperan paling besar. 

Selain pecinta bola kebanyakan, suporter kita termasuk pejabat, kepala daerah, ketum parpol, pengusaha, youtuber dll, sangat gemar memberikan apresiasi kepada timnas bila dianggap berprestasi. Yang disebut prestasi itu belum tentu juara, lolos dari kualifikasi kejuaraan tingkat Asia saja sudah dielu elukan. 

Karena dianggap berprestasi, apresiasi lalu diberikan berupa materi dan non materi. Bonus berupa uang, rumah, beasiswa dan jaminan kerja (PNS, Polri, TNI) sudah menanti. Para Pemain kemudian diarak kemana mana sambil lalu diundang ke acara TV. Mereka menjadi terkenal bak selebriti tanah air. 

Netizen tak luput dari memviralkan pencapaian mereka. Segala puji puji dilontarkan diikuti bertambahnya follower di akun medsos. 

Mereka dianggap pahlawan di usia muda. Para gadis berharap bisa menjadi pasangan, sementara mak mak tidak ketinggakan ingin meminang mereka menjadi menantunya. Tiada hari tanpa pembicaraan mengulas para idola. 

Pemain yang dianggap 'menjual' kemudian dijadikan bintang iklan dan endorse produk. Jika sangat menonjol, ada kemungkinan mereka merumput diluar negeri. Kesempatan menjadi pemain internasional terbuka lebar. 

Evan Dimas, Egi Maulana Fikri Witan Sulaeman adalah beberapa pemain yang bisa menjadi contoh pemain dengan gelontoran apresiasi.

Bonus materi, pekerjaan, sekolah, menjadi selebriti dan berkarier di luar negeri tentu saja menjadi impian pemain muda kita. Kebanyakan para pemain muda bukan berasal dari keluarga kaya raya. 

Untuk timnas U19 kita sat ini, ditengah mental psikologi yang 'belum jadi', iming iming tersebut kemudian memancing mereka bermain individual karena ingin menjadi pemain yang paling dikenal. 

Mereka lupa bahwa sepakbola adalah permainan tim. Kemenangan yang paling dicari buka ketenaran. Tak akan berarti bagi seorang pemain yang dianggap wonderkid tetapi tak mampu membuat timnya menang. 

Puji puji, apresiasi dan gelontoran bonus dari para suporter mestinya tak berlebihan. Biarlah anak anak muda itu berkembang dahulu menjadi pemain profesional yang mengutamakan kemenangan timnas. Pelatih dan timnya, termasuk psikolog, sangat berperan dalam pembentukan mental profesional itu. 

Menang, juara dan bertahan menjadi yang terbaik adalah motivasi yang harus dibangun sejak masih muda. 

Ingat saja kata kata bijak pemain bulutangkis Indonesia, the minion Kevin-Markus dan the minionwati Apri-Fadia. 

"Hari ini kami juara, tetapi besok harus berjuang memulai dari nol untuk menjadi juara lagi"

Mari, para suporter Indonesia, dukung Timnas muda kita dengan akal sehat. Jika kalah tak harus dihujat, jika menang tak perlu diapresiasi berlebihan. 

Jalan anak anak muda itu masih panjang. 

Salatiga 04072922.127

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun