Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Humor

Enaknya Mati di Umur Berapa?

5 Agustus 2021   13:53 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:03 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sebetulnya saya ngeri untuk menulis tentang kematian. Di masyarakat kita, kalau ada orang yang ngomong soal kematian sering dianggap pertanda waktunya sudah dekat. Firasat bahwa dia segera 'mangkat'. 

Apakah saya sudah bosan hidup?

Tidak, jelas tidak. Saat ini saya saya sudah cukup bahagia. hidup tenang dengan istri dan dua anak saya. Bahkan saya berdoa supaya Tuhan menambah 'jatah' umur saya. 

Dulu, sebelum menikah, saya memohon Tuhan bisa hidup sampai umur 65 tahun. Hitungannya adalah; saya menikah umur 31 tahun, punya 2 anak di umur 35 tahun. Kalau saya mati umur 65 tahun berarti masih ada 30 tahun lagi  untuk dijalani. Masih sempat mendampingi anak anak tumbuh, dewasa dan menikah. Sukur sukur masih sempat melihat  mereka punya anak. Saya masih sempat momong cucu. 

Umur 65 tahun juga kayaknya saya masih sehat dan kuat, jadi belum sakit sakitan atau pikun. Kalau mati masih belum merepotkan banyak orang. Tentu saja mati dengan wajar, bukan mati karena musibah, juga bukan mati karena bunuh diri. Mati bahagia. 

Tetapi, eh tetapi, saya diberi 'bonus' sama Tuhan.  Saya baru diijinkan menikah di umur 38 tahun.  Punya 2 anak di umur 43 tahun, mundur 12 tahun. Ya akhirnya sekarang doanya disesuaikan, memohon Tuhan supaya diijinkan hidup sampai umur 70 tahun. Tetap bisa mendampingi anak anak  sampai dewasa. Soal anak anak menikah dan punya cucu, biar Tuhan yang atur saja. Doa kok maksa ya.. Mudah mudahan Tuhan tidak marah. Ampuni saya ya Tuhan... 

Kembali ke topik.

Ini gara gara teringat kejadian dengan teman saya sewaktu SMA. Suatu hari dia mengajak jalan. Dia mau curhat. Katanya pacarnya tidak mau menemui lagi dan minta putus. Teman saya ini orangnya posesif dan cemburuan. Dia suka melarang larang ceweknya. Tidak boleh ini itu, tidak boleh kesana kesitu, tidak boleh ketemu ketemu. Ya jelas ceweknya marah. Karena tidak boleh ikut kegiatan ekskul, padahal dia aktif di Palang Merah Remaja dan Pramuka. Atau karena tidak boleh ketemu siapa siapa, mungkin termasuk orang tua kandungnya. Belum jadi suami istri saja sudah suka melarang, mendikte. Belum punya hak apa apa. Lagipula kalau  makan bareng, mereka bayarnya juga masih sendiri sendiri. Teman saya juga terkenal pelit. 

Sebenarnya saya tahu alasan ceweknya minta putus, wong saya kenal baik ceweknya. Dulu mereka jadian juga andil saya. Supaya gampang mengingat, sebut saja cewek itu Bunga. Kayak berita berita kriminal. 

Ceritanya dulu saya iseng tulis surat kenalan, lalu saya selipkan di bangku adik kelas. Eh ada respon, Bunga yang respon. Orangnya cantik dan ramah, pandai berjoged pula. Terus dia balas surat saya. 

Sebenarnya saya tulis surat untuk teman sebangku Bunga, cewek idaman sejak SMP. Suka memandang tapi tak berani kenalan. Suratnya puitis nan menggoda. Namun sepertinya saya salah sisi, Bungalah yang  kemudian membacanya. Karena suratnya puitis nan menggoda, bunga tertarik meresponnya. Saya bingung dan akhirnya bercerita ke teman saya yang ngajak bunuh diri itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun