Pasti Anda pernah mendengar istilah "bahasa jiwa Bangasa". Dengan bahasa kita menghidupkan Bangsa, menyebarluaskan ide dan ilmu pengetahuan.Â
Salah satu kekayaan bahasa Indonesia adalah adanya peribahasa, yaitu suatu kalimat atau penggalan kalimat yang memiliki arti kias (bukan maksud langsung). Arti dari suatu peribahasa biasanya mengandung nasihat kehidupan yang bijaksana.
Pasti Anda tidak merasa asing dengan peribahasa "Nasi sudah menjadi bubur". Apa artinya? Yaitu menggambarkan keadaan dimana suatu hal yang telah terlajur terjadi dan tidak bisa dikembalikan seperti semula.
Bagaimana jika itu terjadi? Jawabanku adalah... jika nasi sudah menjadi bubur, ya tambahi saja dengan garam, kecap, bawang goreng, daun bawang, ayam suir, sambal dan kerupuk. Hehehe... Tak perlu banyak bersedih, toh bubur ayam juga enak kok.
Versi seriusnya nih..
Jika suatu hal terlanjur terjadi dan tidak bisa dikembalikan seperti semula, coba dibuat lebih menyenangkan. Contohnya ketika membeli kaos lengan panjang yang ketika dipakai ternyata di badan pas tapi lengannya terlalu pendek (menutup siku tapi tidak sampai ke pergelangan tangan), coba buat keadaan lebih menyenangkan. Bagaimana caranya?Â
Ada beberapa pilihan: 1) Jual kepada orang lain, 2) Berikan kepada orang lain, atau 3) potong lengan kaos nya dan jadilah kaos lengan pendek. Selesai kan?
Eh ini jadinya bercanda bukan sih? Hehehe..
Ya pokoknya pagi-pagi nyarap (sarapan) bubur lho.. hehe.