Mohon tunggu...
Sri Harnanik
Sri Harnanik Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bekerja Melawan "Golput"

20 April 2019   15:02 Diperbarui: 20 April 2019   15:10 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba selfie usai mencoblos

Ketika sebagian besar dari kita penasaran siapa pemenang pemilihan presiden, ada rasa penasaran lain bagi sekelompok kecil orang. Yaitu tentang angka partisipasi pemilih.

Tingkat partisipasi pemilih dihitung dari jumlah surat suara yang digunakan dibandingkan dengan daftar pemilih tetap (DPT). Dengan kata lain, semakin banyak pemilih datang dan memilih ke TPS maka angka partisipasi pemilih meningkat.

Penyelenggara pemilu dari level KPU pusat, KPU Propinsi, KPUD kota kabupaten hingga kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) tingkat desa memiliki kepentingan yang sama yaitu mendorong pemilik suara mendatangi TPS dan menggunakan hak pilihnya.

Target partisipasi pemilih yang disepakati KPU dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk pemilu tahun ini sebesar 77.5%. Meningkat sangat tajam dibanding angka partisipasi pilpres 2014 sebesar 69.5%. Padahal data dari tahun ke tahun pemilu justru menunjukkan tren penurunan.

KPU berupaya keras meningkatkan angka partisipasi pemilu lewat cara konvensional maupun non konvensional. Contohnya dibuat lomba selfie setelah pencoblosan. Hal ini mendorong pemilik suara untuk mendatangi TPS.

Cara lain seperti merekrut relawan-relawan sangat efektif mengedukasi pemilih untuk menghindarkan surat suara menjadi rusak. Relawan juga membantu memberi solusi administratif kepada calon pemilih yang terkendala.

Aturan pindah TPS diupayakan KPU hingga di detik terakhir. Tujuannya mengurangi kemungkinan jumlah pemilih yang terpaksa tidak bisa memilih karena tidak terdaftar di DPT, pindah tugas, atau mendadak rawat inap.

Langkah KPU paling penting adalah perbaikan DPT. Langkah ini sangat signifikan mengurangi persentase "golput". Jika ada satu juta nama fiktif di DPT, maka bisa menyumbang sekitar 0.5% angka "golput". Jika bisa mengeliminasi 10 juta nama fiktif, secara tak langsung sudah meningkatkan 5% partisipasi pemilih.

GOLPUT DAN "GOLPUT"

Selisih dari jumlah DPT dengan pengguna suara kerapkali disebut dan diklaim sebagai golongan putih (Golput). Jika angka partisipasi 70%, seolah yang 30% adalah golput. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun