Mohon tunggu...
Tunggul Palupi
Tunggul Palupi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar menjadi Hebat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masa Tuaku Nak...

21 September 2022   14:46 Diperbarui: 21 September 2022   15:13 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan yang belum terlalu renta duduk di pojok rumah tua yang megah namun tak lepas dari aura menyeramkan. Dalam kebekuannya memberi isyarat betapa berat beban yang ia alami. Jauh di lubuk hatinya memendam perasaan itu dan enggan rasanya berbagi cerita  kepada siapapun jua. Ia merasa menyendiri lebih baik daripada berada di tengah-tengah banyak orang. Hanya kepada seekor kucing hitam bermata tajam, Ia curahkan isi hatinya. Salah satu makhluk bumi inilah yang setia menemaninya dan menjadi tempat ternyaman untuk berbagi cerita. Sesekali tangan tuanya mengelus bulu-bulu hitam pekat yang lembut. Jiwanya tenang. Hanya tatapan kosong itu seolah mengabarkan padaku, inilah masa tuaku, Nak...!

Malam itu, menjadi malam yang tak terlupakan. Bagaimana bisa hati seorang ibu melihat ketiga anak-anak mereka bertengkar hebat,saling adu mulut, adu argumen . Pedih dan hancur hatinya mendengar anak-anaknya saling melemparkan tanggung jawab untuk mengasuh ibunya yang menua. Beragam alasan ia dengarkan dari mulut anak-anakmya. Yang sibuk lah, yang ekonominya tak mampu lah, yang banyak anak lah...seribu alasan klise menjadi perdebatan. Tak terasa air mata nya deras tak terbendung. sedih dan kecewa. Kecewa karena kasih sayang yang ia curahkan lahir batin, siang malam, menjadi suka duka yang seharusnya terlukis indah, seketika lenyap terhapus oleh keegoisan anak-anaknya. 

Kucing bermata tajam duduk di pangkuannya. Pasrah ketika tubuhnya dielus-elus empunya, dalam kurun 7 tahun  sepeninngal anak-anaknya, justru makhluk hewan inilah yang seperti lahir dari rahimnya. Ikhlas menjaga tuannya setiap saat penuh kasih, penuh sayang. Barangkali dalam hati peri kehewananya berkata "orang yang telah meninggalkan tuanku adalah orang yang sangat menyesal dalam hidupnya, orang yang tak pernah nyenyak dalam tidurnya."

Pentigraf. September,2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun